19. Back To Home II

10.1K 1K 16
                                    

HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!

* * *

Riani bangun dan terkejut karena rumahnya sudah penuh dengan keluarga besarnya.

“Mama,” pekik Ryan senang dan berlari ke arah tangga.

Dengan sigap Riani langsung menggendongnya. “Jangan lari-lari nanti Ryan jatuh, loh.”

Setelah Riani duduk di sofa, Ryan nampak sedang melihat ke kiri dan kanannya seolah sedang mencari sesuatu.

“Kamu nyari apa, sayang?” tanya Raga.

“Nyari adek. Kata om Daniel, Papa sama Mama ke sana bawain adek buat Ryan,” celetuknya sambil terus celingukan.

Raga menatap tajam abangnya yang tanpa rasa bersalah tapi malah tersenyum-senyum.

“Lo ajarin lagi yang gak baik sama Ryan, gue ekhem adek Lo ya, Bang,” ancamnya sambil menirukan gaya memotong dengan kedua telunjuknya.

“Eh, gila Lo. Nanti Mbakmu nangis,” selorohnya membuat Sasa yang duduk disebelahnya mencubit pinggang suaminya itu.

“Udah-udah, kalian kayak anak kecil aja,” ucap Bayu melerai.

“Kamu masih pusing, hm?” tanya Raga.

“Gak kok,” jawab Riani.

“Khawatir banget kayaknya,” goda Firda.

“Iya dong,” balas Raga sewot.

“Kalian gak bawa oleh-oleh buat kita, Kak?” celetuk Regi.

“Eh, kamu juga ada? Kakak gak liat dari tadi,” ujar Riani yang memang baru tersadar kalau adik laki-lakinya itu juga turut hadir.

“Emang aku selalu gak diperhatiin, kok. Udah biasa.” Riani tertawa mendengar ucapan adiknya.

“Masalah oleh-oleh kita pasti bawa, dong. Masa gak bawa,” sahut Raga.

“Ya udah mana, Bang? Gak sabar nih liat punya Regi,” ucap Regi tak sabaran.

“Bentar dulu kakak ambil di atas,” ucap Riani hendak berjalan ke atas tapi tangan Raga mencekalnya.

“Biar aku aja yang ngambil, kamu di sini aja,” ujar Raga mengundang seruan mengejek dari Daniel.

“Bucin amat jadi orang,” sinis Daniel.

“Biarin,” seru Raga yang sudah menaiki tangga.

Semua orang yang ada di sana tertawa menyaksikan adu mulut antara kakak-beradik yang satu ini.

Tak butuh waktu lama, Raga turun dari atas dengan satu satu tas besar dan box-box kecil yang ia susun dan direkatkan dengan selotip.

“Banyak banget bang oleh-olehnya. Makan biaya pasti,” celetuk Regi.

“Kalau biaya mah itu wajar kalau mahal tapi yang penting barangnya ada,” balasnya enteng.

“Iya, yang kaya mah santai doang,” ucap Daniel.

“Beda apa sama Lo, Bang?”

“Kalau gue ganteng, Lo jelek,” balasnya tak nyambung.

“Semprul,” umpat Raga pelan.

“Hust, jangan kebiasaan ngomong kasar. Ada Ryan,” tegur Riani sedangkan Raga hanya cekikikan.

“Ini buat Mama, Bunda, sama Mbak Sasa,” ucap Raga sambil membagi dua selimut tenun kepada kedua wanita paruh baya yang duduk di depannya.

“Wah, bagus banget selimutnya,” celetuk Firda.

“Iya,” tambah Celline sambil membuka lipatan selimut dan melihat-lihat.

Hallo, Mas Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang