6. Marriage Proposal

31.5K 3.1K 63
                                    

BAB SUDAH DIREVISI

HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

Recommended Sound: I wanna grow old with you- Westlife.

* * *


Keesokannya Raga sudah masuk ke kantor meskipun kepalanya kadang-kadang masih terasa pusing tapi kali ini ia rasa ia harus datang ke kantor karena ada beberapa hal penting.

Ia menenteng tas kerjanya dengan senyum yang merekah selama berada lift maupun di koridor bahkan sampai di depan pintu ruangannya dan Riani.

Raga membuka pintu dan ia melihat Riani yang sedang berkutat dengan mac book miliknya dan yang mulai Raga sukai semenjak Riani magang di kantornya adalah wangi dari parfum lavender milik gadis itu yang aromanya bisa merilekskan pikirannya. Ah, memikirkan gadis itu membuat Raga ingin segera menyapa dan tak sabar untuk mendapat balasan senyum manis dari gadis itu.

“Selamat pagi, Riani,” sapanya membuat Riani cukup terkejut karena saking fokusnya dengan layar monitor.

“Eh, Selamat Pagi, Mas.”

“Sudah dari lama?” tanya Raga sambil meletakkan tasnya di atas meja kerja.

“Gak begitu lama,” jawab Riani.

Raga mengambil satu map dari dalam tasnya kemudian berjalan ke arah Riani dan menarik satu kursi dan duduk di depan Riani.

“Em, Riani, ini surat yang beberapa hari yang lalu saya bilang harus kamu tandatangani kalau kamu setuju,” ucap Raga sambil menyodorkan map tersebut dengan tangannya yang sedikit gemetar.

“Iya, Mas,” ucap Riani kemudian membuka map tersebut tapi sebelumnya ia menatap sekilas pada Raga yang sedikit terlihat gugup dan tak kunjung kembali ke meja kerjanya.

Riani mengalihkan perhatian pada surat yang ia pegang dan mulai membaca kalimat demi kalimat dari surat yang berjenis semacam surat dinas itu.

Riani semakin terbelalak saat membaca surat itu di bagian isinya. Riani merasa jantungnya berdetak dengan cepat. Setelah membaca surat yang membuatnya merasa gugup itu, Riani kemudian menatap Raga yang menatapnya dengan tatapan yang sulit Riani jelaskan karena pria itu sedang menatap Riani begitu lekat dan itu membuat Riani hampir salah tingkah.

“Maaf, Mas. Tapi ini maksudnya Mas ngelamar saya? Tapi saya bingung, Mas. Saya takut dan gak mau jadi orang ketiga dalam pernikahan Mas,” ujar Riani

“Iya, Riani, Saya memang ngelamar kamu. Sejak saya ketemu sama kamu di hari pertama kamu datang ke perusahaan ini.
Di saat itu saya mendapat suatu perasaan yang baru dalam diri saya. Saya menyukai kamu. Dalam segala hal. Saya suka saat kamu berinteraksi sama Ryan, saya suka gaya bicara kamu, saya suka sikap kamu, saya suka semua dari kamu. Kalau kamu mau bilang saya aneh karena menyukai kamu sedangkan pertemuan saya sama kamu saja belum berlangsung lama, saya gak peduli. Kalau bisa dibilang saya mungkin falling in love at first sight alay memang tapi itu yang saya rasakan Riani,” bebernya dengan panjang lebar.

“Saya gak bisa, Mas, saya takut. Saya takut kalau saya di anggap perusak hubungan sama orang lain. Dan saya tidak tega sama istri Mas.”

“Istri? Kamu mau tau kenapa saya selalu menghindar dan ngeles di saat kamu selalu berbicara tentang istri dengan saya?” Riani mengangguk.

“Karena saya gak punya istri, Riani,” ucap Raga.

“Saya tau kamu bingung, saya memang Duda, tapi saya harap karena status saya ini bukan jadi salah satu alasan kamu nolak saya,” ucapnya.

Hallo, Mas Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang