17. Incident

18.9K 1.3K 125
                                    

HAPPY READING
VOTE AND KOMEN!!!

NB: Sebelum baca, kalian nonton dulu Youtube Video yang ada di mulmed untuk tau pesona pantai Nemberala ya. Biar ada bayangan dikit, hehe. Kalian juga bisa cek YouTube Channel ‘Visit Rote Ndao’ untuk lihat lebih jelasnya.

***

Setelah menyimpan barang-barang yang mereka beli di hotel, keduanya kembali turun untuk lanjut berjalan-jalan di pantai yang berada tepat di dekat hotel yaitu pantai Nemberala yang menjadi ikon dari hotel tersebut bahkan se-pulau Rote.

Matahari di pukul lima sore memang memanjakan mata, dengan siluet jingga yang terpancar begitu indahnya. Raga menatap wajah istrinya yang terpana melihat pemandangan sekitar pantai yang terlalu amat sayang jika dilewatkan begitu saja.

Di saat menjelang matahari nyaris setengah terbenam, Raga menyuruh Riani untuk naik ke atas sebuah ayunan yang terpasang di pohon kelapa dengan posisi miring dan condong ke arah bibir pantai.


(Ini visualnya anggap aja sore ya. Dan entah ke mana ayunan yang ada di sana. Soalnya susah nyari. Dan ini visual asli di pantai Nemberala, ya.)


Riani mengikuti perintah Raga dengan menaiki ayunan tersebut dengan bantuan Raga. Setelahnya Raga mengambil ponselnya dan membidik Riani yang sedang tertawa senang ketika ia sedang berayun pelan sambil menatap senja.

Setelah memotret Riani dengan beberapa gaya pose, Raga membuka satu persatu hasil jepretannya. Senyum terpatri di bibirnya kala melihat keceriaan yang Riani tunjukkan di setiap foto. Pemandangan seperti itu yang menyejukkan hatinya ketika melihat Riani bahagia bersamanya yang terbukti di saat Riani selalu tertawa bahagia karenanya.

“Mas, ini gimana turunnya? Takut ih,” rengek Riani sambil menjulurkan kedua kakinya ke bawah berharap kakinya dapat mencapai pasir dan dapat turun.

Raga tertawa melihat Riani yang terlihat lucu itu. Ketika ia hendak membantu Riani untuk turun, tangan Riani yang licin tak sengaja melepas pegangannya pada ayunan.

“RIANI!!!” pekik Raga dengan kecepatan kilat mencoba menangkap Riani tapi sayang, Riani malah jatuh dan menimpa tubuhnya.

“Arrggh,” erang mereka berdua bersamaan ketika tubuh mereka menimpa pasir yang tak ada empuk-empuknya itu.

Riani langsung bangkit dari atas tubuh Raga karena ia tau pasti Raga sangat kesakitan.

“Maaf, Mas. Aku gak sengaja,” sesalnya.

Raga tersenyum paksa sambil menahan sakit di dadanya. “Gak papa, kok. Yang penting kamu gak jatuh ke pasir. Nanti sakit. Mending jatuh ke tubuh aku, ya kan?”

Astaga, bisa-bisanya di saat Riani sedang khawatir akan kondisinya, ia malah menggoda Riani.

Hanya seperti ini saja sudah mampu membuat Riani tersipu, apalagi lebih dari ini.

“Sakit banget, ya, Mas? Bagian mana yang sakit?” Riani terlihat khawatir ketika mendengar Raga mengerang kecil.

“Di sini,” jawab Raga sambil menunjukkan dada bagian kirinya persis di bagian dekat jantungnya.

Riani menghela nafas. “Ini bukan waktunya gombal, Mas.” Riani berpikir kalau Raga bercanda kalau hatinya yang sakit.

“Aku serius Riani, ini beneran sakit di dada aku bagian kiri, bukan hati aku. Lagian di sini tuh jantung tau bukan hati,” Raga mengeluh.

Hallo, Mas Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang