38. Nightmare

6.8K 772 369
                                        

SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA FOLLOW AKUNKU LOH, YA!!!
MUNGKIN 3-4 PART LAGI HMD BAKAL TAMAT JADI AKU MOHON KALIAN DUKUNG, YA VOTE KALIAN ITU PENTINGGGGG, BANGET. JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMEN KALIAN, SW, INSTA STORY JUGA KALAU BOLEH🥰 DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WP KU🙇‍♂️

* * *

“Kamu yakin dengan keputusan kamu?” tanya Raga sambil berderai air mata.

Riani menghela napasnya gusar. “Mungkin ini jalan yang paling terbaik, Mas.”

“Tapi bagaimana dengan anak-anak? Bagaimana dengan Ryan? Ryan baru aja mengecap manisnya keluarga yang utuh tapi sekarang ia harus kehilangan kamu. Bagaimana lagi sama aku? Aku bisa gila kalau kamu sampai pergi dari rumah ini, Riani.”

Riani mengehentikan aktifitasnya dan menaruh kasar sepotong baju yang tersisa ke dalam kopernya. “Aku gak tau, Mas.”

Raga menatap mata Riani dengan tatapan yang begitu sendu. Setumpuk kesedihan bersarang dalam manik hitam itu.

“Sehari, Riani. Sehari aja kamu tunda kepergian kamu supaya aku mampu jelasin ke Ryan. Dia masih polos, Riani. Apa kamu gak kasian sama dia? Setelah itu, kamu bebas pergi ke manapun sampai sidang perceraian tiba. Tapi inget, Riani, aku masih gak bisa lepasin kamu.”

Raga melangkah keluar dari kamar dan mengambil kunci mobilnya meninggalkan Riani yang kembali menangis tersedu-sedu meratapi nasib rumah tangganya.

Raga terkejut melihat Ryan yang berdiri terdiam di depan pintu kamar. Matanya memancarkan kesedihan dari dalam diri jagoan kecilnya itu.

“Papa mau kemana?” tanya anak itu.

“Papa mau ke rumah om Al,” jawab Raga.

“Kamu baik-baik di rumah, Papa pergi dulu.”

Raga segera beranjak dari sana meninggalkan Ryan yang perlahan-lahan meneteskan air matanya. Anak itu membuka pintu kamar dan mendapati Riani yang masih menangis.

“Mama?” cicit anak itu.

Riani mengangkat kepalanya sambil mengelap air mata dengan punggung tangannya.

“Iya, sayang?”

“Mama mau pergi?”

Riani tak mampu menjawab. Ia malah ingin memeluk Ryan tapi anak itu memilih untuk menjauh.

“Kenapa, Ma? Ryan nakal, ya? Ryan janji kok Ma kalau Ryan gak bakal nakal. Mama tetep di sini, ya? Jangan pergi, nanti Ryan gak bisa liat adek nendang-nendang di perut Mama. Kalau Mama tetep di sini, Ryan janji gak bakal jadi anak nakal, ya, Ma?”

Riani menangis saat itu juga mendengar ucapan Ryan yang sangat-sangat tak menginginkan ia untuk pergi. Riani memeluk erat-erat tubuh anaknya itu yang juga menangis.

“Gak, Ryan gak nakal, kok. Ryan anak yang baik. Mama seneng punya anak kayak Ryan yang baik dan nurut apa kata Papa sama Mama. Tapi ijinin Mama buat pergi, ya? Mama mau nyembuhin luka dulu.” Riani mengucapkan kata-kata dengan isak tangis.

“Mama luka? Tapi kenapa harus pergi? Ryan sama Papa bisa bantu, kok. Mana lukanya, Ma? Biar Ryan liat terus Ryan sembuhin supaya Mama gak pergi.” Anak itu melihat-lihat tangan, kaki, serta seluruh tubuh Riani seolah mencari luka yang dimaksud Riani.

Hallo, Mas Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang