40. Down

7.2K 710 168
                                    

HAPPY READING♥️

* * *

Hidup memang tidak bisa ditebak, hari ini boleh menangis tersedu-sedu tapi besok bisa saja akan tertawa terbahak-bahak berbahagia dengan keras. Hari ini memang bisa tertawa tapi esok hari mungkin saja akan ada deraian air mata yang menggenang di pelupuk mata. Layaknya roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah. Itulah yang dirasakan Raga hari ini. Pagi hari yang awalnya ia jalani ceria bersama-sama berubah menjadi hari yang benar-benar menegangkan.

Pagi ini Riani dengan tiba-tiba pingsan tak sadarkan diri di saat sedang bersantai bersama Raga dan Ryan di ruang keluarga. Awalnya Raga memang merasakan perubahan yang terjadi pada istrinya itu beberapa saat sebelumnya karena Riani sempat mengeluh sakit pada kepalanya yang terasa begitu hebat. Tapi karena tak ada reaksi lain yang begitu berarti, keduanya memilih untuk mengacuhkannya saja. Tapi pilihan mereka malah berujung rumah sakit.

Kini Riani sedang berusaha ditangani oleh dokter. Sedangkan Raga dan keluarga besarnya sedang menunggu dengan harap-harap cemas sembari memanjatkan doa pada Sang Kuasa agar kondisi Riani bisa benar-benar pulih.

Setelah beberapa waktu menunggu, Dokter Putry kemudian keluar untuk menghampiri Raga dan keluarganya. Meskipun Riani sudah tau latar belakang Dokter Putry yang adalah sepupu dari mantan istri suaminya, ia tetap bersikeras untuk mendapatkan perawatan dan pelayanan dari Dokter Putry padahal Raga pernah mengusulkan ide untuk berpindah Rumah Sakit dan Riani tetap menolak dengan alasan ia sudah terlanjur nyaman dengan pelayanan Putry. Dan untum masalah privasi Raga dan Riani yang sempat bocor sampai ke telinga Helda pun sudah diluruskan oleh Putry saat check-up kandungan yang dijalani oleh Riani terkahir kali.

Raga mengangkat wajahnya menatap Dokter Putry. “Gimana keadaan Riani, Put?”

“Kondisi Mbak Riani lumayan parah. Pre-eklampsia yang dialami sudah berakibat besar pada janin. Untungnya dia segera mendapatkan pertolongan dokter. Untuk sementara Mbak Riani masih belum sadar. Selain karena efek dari pre-eklampsia, obat yang diberikan juga dalam dosis yang lumayan besar jadi mungkin harus nunggu beberapa saat sampai Mbak Riani siuman. Setelah observasi nanti baru bisa dipindahkan ke ruang rawat,” jelas Putry panjang lebar.

Raga tertegun. Jantungnya berdetak dua kali lipat. Istrinya sedang dalam keadaan yang sangat tidak baik, selain itu ada anak-anaknya yang juga berjuang bersama Riani melewati masa-masa kritis ini. Mendengar penjelasan Dokter Putry seketika membuat lututnya lemas tak berdaya.

“Bisa dibesuk, gak?” tanya Raga.

“Untuk sementara Mbak Riani masih harus dalam pantauan dan penanganan dokter jadi belum bisa ditengok. Kalau ingin dibesuk bisa nanti saat sudah dipindahin ke ruang rawat,” jawab Dokter Putry.

“Tapi Riani bener-bener gak papa, 'kan?” tanya Raga lagi karena ia belum benar-benar puas dengan penjelasan Putry.

“Aku tau ini pasti bikin sedih, tapi memang aku harus kasih tau. Karena kondisinya lumayan parah, bisa-bisa Mbak Riani harus habisin masa-masa kehamilannya di rumah sakit supaya bisa terus dalam pantauan dokter. Tapi apabila beberapa hari ke depan kondisinya membaik, maka Mbak Riani bisa pulang tapi harus menjalani perawatan di rumah dengan sangat baik,” jelas Putry.

“Tapi tenang, Mas bisa percayakan Mbak Riani sama Putry. Putry bertanggungjawab besar untuk keselamatan Mbak Riani.” Sebagai seorang dokter, ini salah satu usaha yang dilakukan Putry untuk bisa mensugesti agar Raga bisa tetap tenang.

Hallo, Mas Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang