10. Wedding Day

29.9K 2.6K 93
                                    

BAB SUDAH DIREVISI

HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

NB: Part ini mengandung adegan uwu dan adegan "religi". Tuh, religinya dah di bold><

* * *


Tepat hari ini, Raga dan Riani dipersatukan dalam suatu ikatan yang mempererat hubungan mereka. Raga yang melepas masa dudanya dan Riani yang melepas masa lajangnya.

Riani kini sedang menunggu Raga yang masih bersiap-siap di salah satu ruangan di sebelah tempatnya berias.

“Riani,” panggil seseorang dari arah pintu.

“Iya, Bunda?” sahut Riani kemudian berdiri dan mengajak bundanya duduk disampingnya.

“Raga mana?” tanya Celline.

“Lagi di ruang ganti, Bunda,” jawabnya.

“Oh, gitu, ya.” Riani mengangguk.

“Kamu tau 'kan apa status kamu sekarang? Kamu udah jadi istri orang, Sayang. Itu artinya kamu sudah lewati masa sendiri kamu yang bebas, kamu udah lepas dari ayah sama bunda, dan kamu udah punya tanggung jawab sendiri yang lebih besar. Kamu janji harus bisa, ya jalani semuanya,” tuturnya sambil mengusap pipi anaknya.

“Riani janji, Bunda,” balasnya.

“Menjalani biduk rumah tangga itu gak mudah. Gak kayak kamu ngerjain tugas ataupun skripsi kamu nanti, bahkan lebih susah daripada itu. Pokoknya apapun yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga kalian, bunda cuma bilang kalau gak semua masalah harus diselesaikan dengan emosi dan gegabah, kamu harus bisa jadi penengah dalam rumah tangga karena kamu adalah seorang istri, ingat itu,” nasihatnya lagi.

“Dan juga, kamu harus jadi pendingin suasana kalau ada pertengkaran diantara kalian. Bunda gak bermaksud mendoakan kalian buat bertengkar tapi dalam kehidupan pernikahan pasti gak luput dari hal itu. Pokoknya kamu harus jadi istri yang baik buat Raga, jadi istri penurut, dan ikut kata suami. Kalau dia bilang A ya A kalau dia bilang B ya B tapi kalau menurut kamu itu gak benar, kamu wajib memperbaikinya asal dengan cara yang benar dan selalu jaga harga diri suami kamu kalau kamu mau nasehatin dia. Apapun itu bunda sayang sama kamu,” lanjut Celline dan memeluk putri semata wayangnya itu.

“Terimakasih banyak, Bunda. Riani janji bakal ikutin semua kata-kata bunda. Terimakasih juga karena udah ngerawat Riani sampai segede ini, sampai udah nikah,” ucap Riani sambil menangis kecil.

“Hei, jangan nangis dong, ini 'kan hari bahagia kamu. Udah-udah, nanti make up nya luntur,” ucap Celline.

“Selamat malam, Bunda,” sapa Raga dari pintu masuk.

“Eh, hai Raga, udah selesai siapnya?” tanya Celline.

“Udah, Bunda,” jawabnya.

“Ya udah kalau gitu, kamu temui Papa kamu dulu, katanya ada yang mau diomongin,” ucap Celline.

“Papa? Di mana bunda?” tanya Raga.

“Di ruangan sebelah,” jawab Celline.

“Ya udah, Raga pergi dulu,” pamitnya. Sebelum keluar, ia menatap Riani sejenak yang juga sedang menatapnya kemudian tersenyum.

“Tuh, kamu liat, Raga tuh sayang banget sama kamu,” ujar Bunda.

“Tau dari mana, Bunda?” tanyanya.

“Dari sikap dia ke kamu aja Bunda bisa tau perasaan dia ke kamu itu seperti apa,” jawab Celline.

“Ya sudah, Bunda mau ke depan dulu. Kamu tunggu Raga. Jangan kemana-mana. Bentar lagi acaranya dimulai,” titahnya sebelum meninggalkan Riani.

Hallo, Mas Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang