47. KHAWATIR?

86 11 0
                                    


~•>HAPPY READING♥️<~•

Vani cemas. Sudah dua hari ini Vella tidak pulang dan tidak memberi kabar. Jika dia menginap di Rumah Nety, pasti sebelumnya meminta ijin padanya dulu bukan?
Kalau untuk kerja di Rumah majikannya seharusnya tidak selama ini.

"Kamu kemana sih nduk?" tanya Vani sambil terus-terusan mencoba menghubungi nomor Vella yang hasilnya sama. Tidak aktif.

"Nety juga gak tau lagi. Apa Aku harus lapor polisi?" tanyanya pada diri sendiri.

Tepat setelah Vani membuka pintu Rumah yang letaknya di depan, gadis cantik nan ramping sudah lebih dulu mengagetkannya.

"Eh Nety?" tanya Vani ketika sadar siapa yang mengagetkannya tadi.

"Vellanya beneran nggak kesini, Tan?" tanya Nety langsung tanpa basa-basi.

Vani mengangguk. "Iya. Vella kemana ya kira-kira? Nggak mungkin dia nggak pulang kalo gak ada alasannya."

Nety menggigit daging bibir bawahnya. Jangan-jangan setelah ia memarahinya kemarin Hari Rabu, Vella ngambek dan malah kelayapan? Kalau iya sudah kacau dong!

"Oh bentar. Nety telefon majikannya dulu," ujar Nety sambil mengeluarkan benda pipih yang disimpannya di dalam saku seragamnya.

Vani mengangguk setuju. Karena jujur, ia tidak memiliki nomor majikan Vella itu.

"Halo?" tanya Nety ketika memastikan bahwa panggilan sudah terhubung.

"Siapa?" bisa dipastikan bahwa Rey tidak menyimpan nomor Nety.

Nety mengucapkan syukur ketika yang mengangkatnya adalah Rey karena terdengar dari suara khasnya.

"Ini gue, Nety. Lo tau nggak kak, Vellanya dimana?"

Lawan bicaranya mengerutkan kening yang dimana pergerakannya tidak akan mungkin diketahui oleh Nety. "Bukannya dirumah?"

"Dimana-mana kalo orangnya ada di Rumah, nggak mungkin juga gue ngehubungi elo, kak!" dengusnya sebal.

"Nggak lucu dong kalo misal diculik?"

"HAH?! Yang bener lo, kak?"

"Ya mana gue tau kalo Vellanya belum pulang."

TUT!
Panggilan langsung diselesaikan sepihak oleh Nety.

"Gimana?" tanya Vani yang semakin khawatir.

Nety memejamkan matanya sebentar, lalu menatap Ibu Kandung Vella itu prihatin. "Dia juga nggak tau."

Vani menutup mulut dengan kedua tangannya, lalu terisak kecil.

"Tante tenang dulu!" ujarnya sambil merangkul pundak Vani lembut.

"Bawa Tante ke polisi, Net! Vella...Vella kemana," ujar Vani menatap sendu wajah Nety.

"Iya. Tante sabar dulu ya! Tenang dulu, nanti kita baru kesana."

"Bisa anter Tante sekarang?" tanya Vani memaksa.

REYLA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang