“Kamu yakin enggak mau ke dokter aja?” tanya Fabian sambil mengusap puncak kepala Kinan penuh sayang. “Aku bisa anter, kok.”
Kinan tersenyum dan meraih tangan Fabian. Dia menyelipkan jemarinya di sela jari Fabian. Rasanya pas, seakan tangan Fabian memang tercipta untuk Kinan genggam. “Enggak perlu, aku enggak apa-apa, kok. Obat yang tadi siang kamu kasih udah manjur banget. Kalau sekarang tidurnya nyenyak, pasti besok udah biasa lagi.”
“Kalau ada apa-apa, telepon aku, ya? Nanti aku langsung ke sini.” Fabian mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu mengecup kepala Kinan singkat.
Dada Kinan berdegup cepat. Napasnya sempat tertahan untuk beberapa saat, menikmati kasih sayang yang diberikan Fabian. Dan saat laki-laki itu kembali menarik diri, Kinan menatapnya dengan mata yang membulat. Hanya beberapa detik, tetapi akan selalu Kinan kenang sebagai momen indah. Dua puluh empat September, pertama kali Fabian mencium Kinan.
“Tidur yang nyenyak, ya. Besok aku jemput.”
Layaknya anak kecil, Kinan mengangguk singkat dan langsung melepaskan sabuk pengaman. Dia turun tanpa mengatakan sepatah kata pun. Pikirannya benar-benar kosong. Bahkan, dia tidak tahu pasti kalimat apa yang terakhir Fabian katakan.
Sementara itu, Fabian kembali menginjak pedal gas setelah memastikan Kinan masuk ke rumahnya. Dia meninggalkan rumah No. 61 di Jalan Pungkur dengan harapan Kinan akan semakin membaik besok pagi. Namun, saat ia melihat mini market di depan, refleks saja Fabian membanting stir dan memarkirkan mobilnya.
“Kinan bilang, dia enggak bisa tidur karena banyak nyamuk. Gue beli obat nyamuk dulu, deh, biar dia bisa istirahat total nanti malam,” ucap Fabian pada diri sendiri. Dia segera turun dari mobil dan melangkah menuju mini market dengan penuh percaya diri. “Mbak, obat nyamuk yang bikin nyamuknya bener-bener mati di mana, ya?” tanya Fabian pada kasir di sana.
Sementara itu, Kinan membuka pintu rumah dengan hati yang berbunga-bunga. Dia harus masuk kamar dulu untuk berteriak meluapkan kebahagiaannya. Sayangnya, apa yang dia lihat saat ini justru membuat layu bunga-bunga dalam hati.
“Papa?”
Laki-laki yang duduk bersama anak kecil di sofa ruang tamu itu lantas menoleh. Matanya langsung bertemu dengan netra Kinan yang terlihat kosong. Di sana, sekitar tiga meter darinya, duduk seorang pria paruh baya yang telah menggoreskan luka paling dalam di hati Kinan. Wajahnya yang dulu segar terlihat menua, rambutnya kini sudah memutih sebagian, garis keriput juga sudah mulai terlihat. Dan satu hal lagi, beliau tidak sendiri. Seorang anak laki-laki—Kinan perkirakan usianya tujuh tahun—duduk di sampingnya.
“Kinan?” panggil Pak Agah—papa Kinan—dengan senyum mengembang. “Sini, Nak, duduk sama papa.”
“Papa ngapain di sini?” tanya Kinan dengan nada sinis. Kemudian, dia menoleh pada sang mama yang baru keluar dari dapur. “Ma, Papa ngapain di sini?”
Sebelum menjawab, Bu Astika menata minuman dan beberapa camilan di atas meja. Beliau duduk di seberang Pak Agah, lalu melirik Kinan yang masih mematung di ambang pintu. “Duduk dulu. Enggak sopan bicara dengan orang tua sambil berdiri,” ucap Bu Astika sambil menepuk bagian sofa yang ada di sampingnya. “Salam dulu sama papa kamu.”
Kinan menatap mamanya kecewa. Dia ingin protes, tetapi berusaha untuk bersikap dewasa. Sekali saja Kinan membuat kesalahan, mamanya pasti akan teriak. Dan bagaimanapun juga, Kinan dan mamanya harus terlihat baik-baik saja setelah kepergian sang papa. Dengan sangat terpaksa, dia maju untuk menyalami sang papa. Bukan mengecup punggung tangan penuh khidmat, hanya menempelkannya ke kepala dengan asal.
“Jadi, untuk apa Papa datang ke sini?” tanya Kinan sambil mendaratkan bokongnya di samping sang mama.
Pak Agah berdeham. “Jangan dulu bahas itu, ya, Sayang? Papa ingin tahu kabar kamu dulu.” Beliau menatap Kinan dengan penuh haru. Gadis berseragam putih abu kini menjelma menjadi perempuan dewasa yang menggenakan rok dan kemeja rapi. “Kamu kerja di mana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma [Tamat]
Storie d'amoreCinta bisa datang karena terbiasa, beberapa orang setuju akan hal itu. Cinta juga bisa menyelinap diam-diam dalam interaksi dua insan yang kata orang 'tidak seharusnya mereka jatuh cinta'. Sejatinya, cinta adalah perasaan suci yang membawa perdamaia...