3| Rasa Malu

59 17 71
                                    

-Mencintai orang yang tidak pernah mengharapkan hadirmu itu seperti kamu yang memilih tengelam dalam luka-

***

"Oke gue bakal buat elo suka sama gue," cetus Metari cepat. Gadis itu langsung melangkah meninggalkan Baruna.

"Masih aja elo berharap," teriak Baruna cukup lantang. Ia tahu Metari bisa mendengar teriakan dirinya.

Baruna sangat-sangat yakin, jika gadis itu sama sekali tidak akan bisa membuat dirinya jatuh hati. Standarnya sangat tinggi bahkan Metari sama sekali tidak memenuhi kriteria mejadi kekasihnya.

Baruna memilih untuk menyandarkan tubuh pada sandara kursi, menengadah menatap langit-langit kelas. Masih pagi Metari sudah membuat dirinya kesal. Jika saja hari ini ia tidak datang lebih pagi mungkin sampai kelulusan dia tidak akan tahu siapa yang selalu menaruh salad buah di atas mejanya.

"Pagi bosku!"

Suara itu cukup mengagetkan dirinya. Baruna tidak menjawab namun menoleh mendapati Carel sudah sisiran di kaca kelas. Pria itu sudah seperti gadis saja Carel sampai membawa pomade romeo yang selalu ia kantongi. Rambut hitam legamnya sudah tersisir rapi. Tampilan rambut klimis yang membuat dirinya sedikit berwibawa.

"Ah mantap gue ganteng banget," celetuk Carel penuh percaya diri.

"Gantengan gue," cetus Baruna kesal. Carel mendengus, ia menoleh sebentar menautkan alis melihat tatapan datar yang Baruna tunjukan.

"Muka lo kaku banget kaya kerah baju, kalau ada masalah sini cerita sama sultan ganteng," kelakar Carel begitu percaya diri. Ia tertawa kecil menyadari Baruna semkain geram dibuatnya, namun yang paling aneh, pria itu tidak biasa datang sepagi ini.

"Ait tumben lo dateng pagi? Angkasa mana? Nanti salad buahnya kasih gue ya jangan dibuang kaya kemarin!" cerocos Carel cepat. Pria itu sudah duduk di depan Baruna namuan tetap saja Baruna tidak berniat memberi jawaban dirinya.

"Berisik!" satu kata yang berhasil membuat Carel terdiam.

"BARUNA LANCASKA PRIADHI, GUE BAKAL BUAT ELO SUKA SAMA GUE!" terikan nyaring itu berhasil membuat mereka tersentak.

"Kaget gue," celetuk Carel mengusap pelan dadanya.

Baruna diam, ia tahu betul siapa yang memanggilnya. Gadis yang selalu ia tolak dan tidak tahu malu. Siapa lagi kalau bukan Metari Freya Abian.

Entah memiliki keberanian dari mana gadis itu sangat pantang menyerah untuk mengejar cintanya.

Sudah ditolak berkali kali, tetap saja memilih untuk berjuang.

"Rel," panggil Metari pelan. Gadis itu sudah menyumbulkan kepala dari balik pintu. Baruna kira dia sudah pergi. Sekarang apa lagi yang ia inginkan.

"Oit,"

"Tipe cewekya Baruna itu kaya apa sih, soalnya tadi dia bilang gue harus buat dia suka sama gue?"

"Ha?" Carel jadi bingung dibuatnya, sementara Baruna memilih menatap dalam wajah Carel seolah ia siap menelan Carel hidup-hidup.

"Dia suka sama cewek yang makan pisang" cetus Carel tak manusiawi. Metari yang mendengar mengangguk mantap, sementara Baruna sudah siap memukul kening pria itu.

"Oh oke." Metari beralih melihat Baruna, memperlihatkan senyum termanis yang ia punya.

"Bar, tunggu aja elo pasti bakal suka sama gue." Setelah mengatkan itu Metari melambai, langsung pergi meninggalkan Baruna.

Happy Sunset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang