Kamu tidak bisa milih dengan siapa kamu akan bertahan, namun kamu akan bisa menjadi bagain special dalam hidupnya.
***
Metari menatap lurus lapangan basket yang kosong, gadis itu betah duduk mengingat kejadian tadi pagi. Semejak kejadian itu ia tidak lagi melihat Baruna, masih kesal. Kesal pada Baruna dan pada dirinya sendiri. Deru napas Metari naik turun, jemari lentiknya menggengam foto card Baruna yang selalu ia simpan dalam saku.
"Kenapa elo harus lakuin itu ke gue Bar? Kenapa juga gue harus nampar elo," Metari membatin, masih betah menggenggam erat foto card itu.
"Elo kenapa nampar Baruna?" suara itu terdengar dingin. Metari menoleh mendapati Yessy menatap lekat manik matanya.
"Elo enggak perlu belain gue sampai sebegitunya Ta, elo enggak usah sok baik," sambung Yessy berhasil membuat Metari bangkit dari duduknya.
Metari mencengkram rok lipit yang ia kenakan. Gadis itu memilih menampar Baruna, hanya semata untuk membela Yessy, namun ini yang Metari dapatkan. Yessy masih saja bersikap seperti itu.
"Gue sampai nampar Baruna hanya untuk belain elo," getir Metari terlihat menahan semua amarah yang bisa saja meluap kapan pun itu. Sudut bibir Yessy tersenyum kecut.
"Gue enggak pernah minta elo buat belain gue," tuturnya pelan. "Elo tau ta gue benci sama elo."
Metari menarik napas dalam, tersenyum getir mendengarnya. Kalimat yang baru saja Yessy lontarkan bagai pukulan telak yang berhasil menghantam keras ulu hatinya. Lebih menyakitkan ketika sahabatnya sendiri berkata seperti itu.
"Gue benci elo karena Baruna lebih milih elo, tapi gue lebih benci ketika elo berusaha buat nyakitin Baruna. Kenapa sih elo belain gue, gue jadi ngerasa bersalah sama elo, gue ngerasa gue orang yang paling jahat-" Yessy menjeda kalimatnya menarik napas panjang memenuhi rongga paru-parunya yang terasa sesak.
"Sekeras apa pun gue berusaha buat narik perhatian Baruna dia tetap bela elo, dia tetap ada buat elo, meski menurut elo cara Baruna salah-" untuk kedua kalinya Yessy menjeda kalimatnya. Kali ini pun gadis itu menatap dalam manik Metari, tersenyum begitu getir, menyadari Metari terlihat terluka karena dirinya.
"Ta, gue minta maaf," sendu Yessy pelan. Metari yang awalnya diam, kini bertambah diam. Menatap dalam guratan wajah Yessy.
"Baruna benci gue karena gue benci elo, jadi gue minta maaf, gue enggak mau Baruna lebih benci sama gue. Gue harus ngelakuin apa biar elo mau maaf in gue?" cetus Yessy cepat. Metari membuang napas malas. Dirinya bodoh namun Yessy mungkin lebih bodoh.
Sudut bibir Metari tersenyum getir menepuk pelan pundak Yessy.
"Jadi diri elo sendiri Yes, jangan bersikap bodoh kaya gue cuman karena orang yang elo suka enggak suka balik sama elo Yes," balasnya getir. Yessy diam, memilih membuang muka.
"Asal elo tau Baruna enggak secinta itu sama gue," tambah Metari datar. Gadis itu menarik napas dalam masih betah menatap manik Yessy.
"Yes, gue udah maaf in elo, sebelum elo minta maaf sama gue, tapi apa boleh kita berteman lagi?"
"Kita tetap jadi teman Ta, tapi mungkin enggak sedekat dulu," Yessy menjawab begitu ceoat. Gadia itu seolah sudah mempersiapkan jawaban telak--mengatakan agar meleka lebih baik tidak sedekat dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Sunset
Teen Fiction#Follow dulu ya Luplup💜 Update tiap hari selasa, kamis dan sabtu. Ps: kalau gak update hari itu berarti update di hari besoknya:)# *** -Kisah cinta ini seperti mactha late, punya rasa pahit yang khas- Metari bukan gadis yang pantang menyerah, sela...