45| Bazzar Sekolah

17 8 0
                                    

Awal ketika hubungan itu terjalin.

***

Bazzar sekolah.

Hari yang paling ditunggu oleh Metari. Gadis itu mengenakan kaos putih yang sama digunakan oleh semua murid. Sudut bibirnya tersenyum gemas melihat banyaknya stand. Melangkah membawa salad buah yang ia buat khusus untuk Baruna.

Hampir dua bulan belakangan ini gadis itu sudah bekerja keras. Jemarinya sampai luka setiap kali berlatih memainkan gitar, jemarinya pernah mengalami cedera parah ketika terlalu lama menekan tuns piano dan lebih parah ia pernah tenggelam saat berlatih berenang.

Pagi ini suasana sekolah sangat lah ramai, Metari sudah siap untuk mengikuti perlombaan lukis yang dilakukan sebagai pembukaan acara bazzar ini. Gadis itu terus melangkah ia ingin menemui Baruna lebih dulu. Senyum disudut bibirnya tidak pernah pudar. Metari terperanjat saat seseorang berhasil menarik cepat pergelagannya.

Ia membuang napas pelan menyadari Gladis tersenyum dengan membawa dua gelas ice caramel macchiato.

"Kaget gue Dis," keluhnya pelan.

"Akhirnya setelah berbulan purnama bazza sekolah tiba juga, elo semangat, hari ini gue jamin Baruna pasti jadi pacar elo," jelas Gladis penuh semangat.

Metari yang mendengar membuang napas pelan, kepalanya mendongak menatap Baruna yang tengah berdiri di balkon dekat kelasnya. Jemarinya melambai namun Baruna tak kunjung melihatnya. Pria itu terlalu fokus dengan rubik yang ada di lekukan jemarinya.

"Bener banget gue pasti bisa jadi pacar Baruna," katanya balik menekankan.Gladis yang mendengar mengangguk mantap.

"Untuk semua peserta lukis diharapkan memasuki ruangan, jangan ada yang membawa apa pun selain alat lukis," suara penyiar terdengar mengintrupsi. Metari membuang napas pelan saat menyadari siswa-siswi mulai memasuki ruangan lomba lukis.

"Udah lah biar salad buahnya gue aja yang ngasih ke dia, lo mending ikut lomba lukis dulu," usul Gladis. Sesaat Metari diam, masih mendongak menatap dalam lekuk wajah Baruna, tatapannya kembali menatap dalam Gladis ia mengangguk menyerahkan salad buah itu pada Gladis.

"Inget ya kasih Baruna, jangan elo yang makan," pesan Metari membuat Gladis tertawa geli. Padahal dia sudah berniat hanya untuk meminta anggur merah itu saja.

"Iya calon pacarnya Baruna," kelakarnya membuat senyum Metari tertarik.

"Yaudah gue pergi dulu ya doain gue biar jadi pacar Baruna" katanya memilih berjalan mundur meninggalkan Gladis.

"Seketika gue enggak suka berdoa," kelakar Galdis, membuat Metari berdecak kesal.

***

Metari sudah mulai sibuk dengan cat warna cair itu. Mata cokelat madu gadis itu, menatap dalam kanvas yang masih memperlihatkan gambaran abstrak. Sudut bibirnya tersenyum simpul, menatap gorengan kuas yang berhasil meninggalkan semburat warna jingga.

Gadis itu masih saja fokus, setiap goresan kuas seperti pantulan perasannya. Senyum disudut bibir gadis itu sama sekali tidak pudar, hari ini harusnya ia bisa mendapatkan hasil dari usahanya.

Siswa-siswi lain yang menatap Metari terlihat sangat frustasi seolah perlombaan ini memang sudah di-setting jika Metari akan menjadi pemenangangnya.

Semua orang tahu jika Metari yang selalu di pilih untuk mewakili perlombaan lukis dan selalu gadis itu, berhasil membawa piala. Lalu rasanya sangat tidak etis jika Metari tidak bisa memenangkan perlombaan lukis yang diadakan oleh sekolahnya sendiri, terlebih sebagian besar yang mengikuti kontes ini teman-temen lukis lainnya.

Happy Sunset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang