Rasa takut untuk kehilangan atau hanya sekadar rasa bersalah.
***
"Selama ada gue, lo enggak akan tenggelam," ucap Angkasa mulai melembut."Buka mata lo," sambungnya. Metari masih saja tidak mau. Jemari lembut pria itu langsung mengelus punggung Metari seolah-olah meyakinkan Metari jika semuanya akan baik-baik saja.
"Gak pa-pa, buka mata lo dan pegang pundak gue,"
"Gue beneran takut Sa, selama ini gue gak pernah ikut kelas renang, gue takut tenggelam." Gadis itu masih saja kekeh pada pendiriannya.
Pertama ia pernah tenggelam sewaktu SMP, karena kejadian itu ia sama sekali tidak mau berurusan dengan air, saat kelas renang pun ada saja alasan gadis itu untuk tidak ikut.
"Gak pa-pa kan ada gue," bujuk Angkasa masih berusaha menenangkan dirinya.
Perlahan tapi pasti Metari membuka mata, mengikuti semua yang Angkasa perintah. Awalnya rasa takut itu selalu saja berhasil menguasai dirinya namun setiap kata yang Angkasa lontarkan berhasil membuat gadis itu menurut.
Angkasa melatih begitu telaten, mengajari Metari untuk menahan napas dalam air, sampai pria itu benar benar yakin jika Metari memang sudah mampu menahan napas dalam waktu lama.
"Latihan gerakin kaki dulu. Tangan lo lurus menyatu ke depan, kaki lo yang gerak gerak,"
"Tapi-"
"Ada gue,"
Metari menurut saja. Gadis itu sudah mulai meluncur, Angkasa betah menopang tubuhnya. Begitu terus sampai Metari terbiasa menggerakan kaki. Hampir sepuluh kali Metari bolak balik kolam dengan Angkasa yang selalu menyangga dirinya.
"Lo harus bisa sendiri ya," ucap Angkasa ketika Metari sudah bersandar pada dinding kolam.
"Tapi Sa-"
"Gak pa-pa, latihannya di pinggir dulu, tapi gue gak mau nyangga lo lagi, biar cepet lo bisanya, oke?!" Angkasa memotong cepat kalimat Metari.
Gadis itu hanya berdehem pelan, tersenyum samar ketika Angkasa sudah mulai keluar dari dalam kolam.
Angkasa membungkuk mensetarakan wajah degan Metari. Jemari tebalnya menyentuh pelan pundak gadis itu, membuat Metari sedikit gugup.
"Lo bisa Ta, yakin sama gue,"
"Gimana kalau gue tenggelem, kaki gue aja gak nyentuh lantai Sa," keluh Metari masih takut mengikuti perintah Angkasa.
"Tenang aja, ada gue," katanya masih berusaha keras meyakinkan Metari. Gadis itu membuang napas pelan, menunduk menatap dalam pantulan dirinya dalam air.
Angkasa memilih duduk di pinggir kolam menikmati caramel machiato yang tinggal setengah. Sesekali pria itu tersenyum samar melihat Metari yang mulai berenang, meski terkadang hanya beberapa kali dayungan sampai akhirnya Metari memilih untuk berdiri. Tak jarang gadis itu berpegangan pada dinding kolam, kembali berlatih. Sementara Angkasa sudah bersantai menerima undangan tantangan game online Carel dan Deffan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Sunset
Teen Fiction#Follow dulu ya Luplup💜 Update tiap hari selasa, kamis dan sabtu. Ps: kalau gak update hari itu berarti update di hari besoknya:)# *** -Kisah cinta ini seperti mactha late, punya rasa pahit yang khas- Metari bukan gadis yang pantang menyerah, sela...