21| Perasaan

29 8 40
                                    

Kadang elo buat gue percaya diri dan kadang elo berusaha mematahkan rasa percaya diri yang gue punya.


***

“Nanti salepnya biar gue yang kasih ke dia,” ucap Angkasa langsung mengambil salep itu.

Metari hanya berdehem mengangguk kecil. Gadis itu langsung menyumbulkan kepala, menoleh ke dalam kelas menatap Baruna yang sudah memainkan rubik.

“Baruna,” panggilnya. Baruna tidak menyahut, pria itu betah memainkan rubik yang selalu ia bawa.

“Bar, Baruna,” masih tidak ada jawaban. Metari berdecak.

“BARUNA!” teriaknya.

Seisi kelas kompak terdiam namun tidak pada Baruna, pria itu betah memainkan rubik, pura-pura tidak mendengar. Mereka sadar sikap Baruna benar-benar mengabikan Metari. Kelas yang tadinya hening kembali ramai. 

“Kaget gue! Baruna itu telinganya di sampaing jadi suka gak denger kalau elo manggil dia Ta,” kelakar Carel menanggapi. Pria itu sampai meninggikan suaranya akibat kelas yang kembali gaduh.

“Udah lah Ta, enggak usah elo nyakitin diri lo sendiri dengan suka sama Baruna, banyak kok cowok lain yang suka sama elo!” Deffan ikut memanas-manasi, ia jadi geram sendiri melihat kelakuan Baruna.

Meski disindir seperti itu Baruna menolak untuk peduli. Menyibukan diri pada rubik padahal dirinya sudah berhasil menyusun warna ribuk.

“Contohnya gue,” cetus Carel dengan percaya dirinya. Defan tanpa ragu mengetuk pelan kening Carel membuat pria itu meringis pelan. 

Metari hanya diam, menatap lekat Baruna yang seolah-olah tidak mendengar apapun. Pria itu masih saja memainkan rubik yang terselip di jemarinya.

Kadang elo buat gue percaya diri dan kadang elo berusaha mematahkan rasa percaya diri gue Bar.

---

Di dalam kelas, meski Baruna terlihat memainkan rubik itu namun pria itu selalu mencuri pandang hanya untuk mengetahui bagimana reaksi Metari, dan menyebalkannya ia masih kesal melihat Metari hanya sekedar melempar senyum pada Angkasa.

“Enggak dapet Baruna, Angkasa pun jadi,” seloroh Carel berfokus pada salad buah yang terlihat menggiurkan. Seingatnya salad buah dari Metari itu rasanya selalu enak. Ia sampai menjilatkan lidah menatap salad buah yang masih Angkasa bawa.

Angkasa masih terlihat berbicara pada Metari entah apa yang mereka bicarakan dengan raut yang terlihat serius.

“Metari mah gitu yang dikasih salad buah cuman duo kembar ini,”

“Eh sadar woi, sadar elo siapanya Meta,” heran Deffan yang sudah menepuk pundak Carel. Carel langsung mendengus memilih mengeluarkan sisir yang ia simpan di saku celana. Tampilan rambut klimis selalu menjadi ciri khasnya.

Baruna yang sudah menaruh rubik diatas meja itu tersneyum kecut. Mata elangnya kini menatap lekat Metari yang maish terlihat berbincang dengan Angkasa.

“Elo mau Rel, bilang aja langsung sama orangnya dia juga pasti mau bawain elo,” seru Baruna cepat. Carel yang mendengar sampai membulatkan mata.

“Seriusan?”

“Iya lah, namanya juga cewek caper ya begitu!” cebiknya namun masih betah memainkan rubik di selipan jemari.

“Wah kayaknya ada yang merasa terbakar ni, terbakar api cemburu eaaa” kelakar Carel dengan polosnya.

Carel seru sendiri sementara Deffan memilih diam. Wajah Baruna yang semakin dingin sudah mampu menjelaskan kekesalannya.

“Elo cemburu Bar?” bisik Deffan pelan. Baruna langusng menoleh menarik sudut bibirnya. Tersenyum miring.

Happy Sunset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang