52| Luka Baru

21 4 6
                                    

Rasanya lara baru pergi sebentar, namun tanpa permisi kamu kembali menambah luka baru.


***

Seperti biasa Baruna akan selalu menunggu ke datangan Metari tepat di depan pintu gerbang, akhir-akhir ini Lanang sering meminta Baruna untuk tidak menjemput Metari katanya, biar dia saja yang mengantar Metari terlebih ingin memperbaiki hubungan mereka.

Jemari pria itu melirik arlogi, menatap ke arah pintu gerbang belum juga terdengar deru suara motor khas milik Lanang. Perlahan ia menarik benda pipih yang tersimpan dalam saku celana. Baru saja hendak menghubungi Metari deru sura motor itu terdengar mengudara. Baruna lantas berlari kecil mendekati mereka.

“Hai Ta, tumben jam segini baru dateng-“

“Kenapa kangen banget sama adik gue?” potong Lanang lebih cepat.

Pria itu baru saja melepas helm menatap Baruna dengan tatapan geli. Baruna tengah tersenyum manis, melihat Metari yang terlihat membenahi tatanan rambut. Jemari Baruna  terjulur, namun langsung terhenti oleh kalimat Lanang.

“Jangan elo berani-berani nyakitin adek gue,”

“I-iya bang,” balas Baruna kaku.

Metari yang melihat tersenyum samar, ini pertama kalinya Lanang melarang Baruna menyentuh dirinya, tatapan teduh Metari betah menatap dalam manik Lanang, sedikitpun tak ia temukan kepura-puraan dalam manik cokelat itu.

“Baruna enggak akan ngelakuin itu kak,” sela Metari ikut menimpali. Lanang menatap malas. Mengusap pelan pucuk kepala adiknya.

“Itu namanya bucin,” katanya menegaskan.

“Denger, jangan macem-macem kalau enggak ada gue,” tegas Lanang mencubit keras hidung Metari. Gadis itu meringis, nyeri berhasil ia rasakan.

“Kak Lanang sakit,” keluhnya mengusap hidung lancipnya yang terlihat memerah. Lanang tidak peduli, ia memilih mendekati Baruna menepuk pelan punggung pria itu.

“Baruna, adik gue ini jangan elo patahin hatinya ya,"  cetus Lanang pada Baruna.

Sudut bibirnya tersenyum samar, seolah menatap harap pada pria yang ada di depannya. Baruna hanya mengangguk mengiakan kalimat Lanang.

"Kalau elo sampai berani nyakitin adik gue, habis lo di tangan gue, gue emang enggak selalu ada di samping Meta, tapi gue punya banyak anak buah di sekolah lo ini," tagas Lanang sebagai  gretakan kecil untuk Baruna. 

Pria itu kembali tersenyum singkat.

"Gue pergi dulu Ta, jangan pacaran terus, belajar yang bener," pesannya mengusap pelan pucuk kepala Metari. Gadis itu tersenyum tulus mengangguk singkat, membiarkan Lanang kembali menaiki motor besarnya.

“Hati-hati kak,” pesan Metari melambai pada Lanang.

“Ta,” panggil Baruna.

Metari lantas menoleh sedikit gugup ketika Baruna menghapus jarak diantara mereka. Gadis itu menggigit bibir bawah, melangkah mundur, namun dengan cepat Baruna menarik pergelangannya.

“Cuman mau pastiin aja kalau hidung lo enggak kenapa-napa,” bisiknya geli. Metari berdecak memukul pelan lengan tebal Baruna.

“Masih pagi enggak usah modus deh,” katanya melangkah lebih dulu meninggalkan Baruna.

Pria itu tersenyum manis, melihat punggung Metari yang berjalan lebih dulu, langkah kakinya terus mengikuti Metari, memastikan jika gadis itu sampai di kelas dengan selamat.

Happy Sunset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang