-Jatuh cinta sama kamu itu banyak sakitnya, tapi aku suka-
***
Angin masih berhembus dingin, ditambah koridor sekolah yang tampak begitu lengang. Jika bisanya para siswa enggan untuk datang lebih awal namun berbeda dengan Metari gadis itu akan selalu datang tiga puluh menit lebih awal dari jam pelajaran dimulai.
Senyum di sudut bibirnya tidak pernah pudar. Rambut pirangnya terkepang rapi, ia ingin sekali mendengar pujian dari Baruna.
Langkahnya ringan menuju lantai dua, sesaat langkahnya berhenti, menatap pantulan dirinya lewat jendela kaca kelas. Ditatapanya dalam sweater hijau toska yang melekat sempurna membukus tubuh mungilnya. Meski warnanya hampir memudar namun ia suka memakainya-Baruna yang memberi sweater itu, hadiah ulang tahun tiga tahun lalu.
Kelas 12 IPA 3 masih kosong, senyum Metari lantas terukir lebar. Gadis itu melangkah gontai mendekat ke arah bangku paling ujung dekat jendela. Ia memilih untuk duduk, menyandarkan pengelihan ke gedung lantai satu yang letaknya saling bersebelahan.
Seharusnya jika Baruna mau ia bisa saja menatap Metari dari tempat duduknya. Namun tak sekali pun Baruna melakukan itu. Ia lebih senang menutup gorden jendela, seolah sadar jika dari bawah sana Metari selalu memperhatikan dirinya.
******
Seperti biasa Metari tidak akan ragu untuk membersihkan kolong meja Baruna. Kolong mejanya sudah seperti tempat sampah, banyak sekali kulit kuaci dan beberapa bungkus makanan yang tersimpan di dalamnya. Metari sama sekali tidak keberatan melakukan itu.
Bangku-bangku selalu menjadi saksi bisu dari kepedulian Metari pada Baruna.Kembali gadis itu duduk di bangku Baruna, terdapat tulisan dari tipex yang terpampang begitu jelas.
Baruna paling ganteng:)
Metari tersenyum geli, kemarin belum ada tulisan itu. Sesaat ia mengambil sekotak salad buah yang tersimpan dalam paper bag berwarna cokelat. Dikeluarkannya perlahan, salad buah itu. dengan penuh kasih, gadis itu lantas mendaratkan kecupan singkat pada kotak bening itu.
"Semoga Baruna suka," gumamnya pelan, terkekeh geli menatap lama sticky note yang sudah tertempel pada kotak itu.
-Hai Baruna-
Elo kok gak peka-peka sih?
Elo gak penasaran sama gue yang selalu naruh salad buah?
Selamat belajar, jangan buat ulah ya gak bosen dihukum terus?Ia langsung bangkit berdiri hendak pergi dari kelas itu. Baru saja ia menoleh, pandangannya sudah terkunci pada pria tinggi yang memilih menyandarkan tubuh di dekat pintu. Metari menegang, dadanya bergemuruh lebih cepat, tak sekali pun ia membayangkan jika Baruna akan datang sepagi ini.
"Jadi lo yang selalu naruh salad buah di meja gue?" tanyanya sedikit tidak suka. Metari yang ditatap diam saja, kakinya melemas, dadanya selalu saja berdetak lebih cepat.
Sial.
Namun sebisa mungkin ia mencoba untuk terlihat biasa saja, seolah ia tidak pernah melakukan apapun yang mungkin membuat dirinya malu.
"Kok lo tumben sih dateng pagi?" Metari balik bertaya.
Baruna yang mendengar berdecak kesal. Ia melangkah gontai memilih duduk di bangku guru. Kakinya sengaja ia naikan, berhasil mencetak senyum kecut di sudut bibir gadis itu.
"Lo masih suka sama gue?" Metari diam. Baruna yang kesal berusaha menahan emosinya. Ia mengangguk pelan seolah tahu jawaban apa yang Metari akan sampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Sunset
Genç Kurgu#Follow dulu ya Luplup💜 Update tiap hari selasa, kamis dan sabtu. Ps: kalau gak update hari itu berarti update di hari besoknya:)# *** -Kisah cinta ini seperti mactha late, punya rasa pahit yang khas- Metari bukan gadis yang pantang menyerah, sela...