28| Lebih Manis

26 9 0
                                    

Perhatian darinya selalu berhasil membuatku terbawa perasaan. Aku yang terlalu baper atau dia yang tidak peka.

***

Jam pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Baruna juga sudah menyandarkan tubuh di sandaran pintu kelas 12 IPA 1.

Pria itu mendengus menyadari Metari tidak berada di kelasnya. Sedikit mengernyit kemana perginya Metari, gadis itu sempat mengirim pesan--menyuruh Baruna menunggu di depan kelas.

Baruna hanya membalas mengiakan, namun sekarang Metari malah tidak ada. Ia tidak suka menunggu Metari, karena biasnya gadis itu yang selalu menunggu, namun kali ini tidak masalah. Jemari Baruna sudah menarik benda pipih yang terselip di saku celana. Niatnya menghubungi Metari namun urung saat Flora menyapa dirinya.

“Hai Bar mau ngajak Yessy jalan ya,” sapa Flora sok asik, Yessy yang berada di sebelahnya sudah mengibaskan rambut menarik cepat lengan Baruna.

“Yuk Bar hari ini aku free,” celoteh Yessy manja. Baruna tersenyum smirk, menepik cepat pergelangan Yessy. Perasannya tidak lagi sama.

“Sorry ya gue mau jaga perasaan Metari,” ucap Baruna pelan. Yessy tersenyum samar, sementar Flora membulatkan mata sangking tidap percaya dengan kalimat yang baru saja Batuna lontarkan.

Metari yang baru saja sampai di sana tersenyum mendengar kalimat Baruna, meski samar, namun gadis itu masih bisa mendengar kalimat Baruna.

“Bar,” panggilnya. Baruna menoleh begitu pula dengan Yessy dan Flora. “Udah lama?” sambungnya melangkah mendekati mereka. Baruna menggeleng singkat, sedikit mengernyit melihat Metari membawa paper bag berwarna putih.

“Yess nih sneaker gue, dan wedges yang mau elo pinjem Ra, gue jadiin satu,” ucap Metari menyerahkan paper bag pada Yessy. Gadis itu tidak menjulurkan tangan, namun dengan cepat Flora menarik papar bag itu.

“Gue pinjem ya, dua minggu pasti gue balikin,” ucap Flora semringah melihat sandel wedges yang sudah lama menjadi incarannya.

“Sekalian balikin sling bag gue ya,” bisik Metari pada Flora, sengaja agar Baruna tidak dengar. Flora hanya mengangguk cepat, terlihat tidak peduli.

“Yok Ra,” ucap Yessy cepat. Gadis itu bahkan tidak mengatakan terimakasih, atau sekedar berpamitan pada Metari, melihat Metari saja ia enggan.

“Duluan Bar,” sambungnya berhasil membuat Metari tersenyum kecut.

“Duluan Ta, Bar,” pamit Flora mengikuti jejak Yessy.

“Elo enggak marah sama mereka?” heran Baruna pelan. Metari menggeleng singkat.

“Kenapa harus marah?” Ia balik bertanya. Baruna membuang napas pelan. Masih tidak mengerti Metari itu pura-pura saja atau memang dirinya sama sekali tidak kesal dengan sikap temannya.

“Sikap mereka udah gak baik sama elo, dan elo juga tau kalau gue sama Yessy itu pernah—“

“Udah ya jangan dibahas,” potong Metari cepat.

Ia tidak suka baruna membicarakan kejadian itu, hanya menambah luka disudut hatinya.

“Orang tua gue enggak pernah ngajarin gue gimana cara untuk balas dendam,” sambung Metari pelan. Ia tersenyum simpul, membuat Baruna sedikit terkejut dengan balasannya.

***

Di lorong koridor lantai satu Yessy betah mengoceh meluapkan kekesalan yang sedari tadi ia tahan. Ia tidak suka melihat Metari dan Baruna semakin dekat. Wajah gadis itu tampak merah pias, dengan langkah panjang dan betah mengoceh ia terus meluapkan kekesalannya.

Happy Sunset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang