36| Kembali Terluka

26 7 0
                                    

Rasa sakit adalah teman sejati yang tidak akan pernah meninggalkan diriku.

***

"Penuhi syarat gue dan jadi pacar gue."
Metari mengulang kalimat Baruna hampir tiga kali dalam satu menit.

Gadis itu tengah duduk memangku gitar, jemarinya memang memetik senar gitar secara perlahan namun pandangan gadis itu menatap lekat kura-kura yang pernah Baruna berikan.

Siang tadi selepas berlatih dengan Baruna, pria itu langsung mengantar Metari pulang. Lebih anehnya gadis itu bahkan tidak pernah memudarkan senyum barang sedikit pun.

Petang ini ia tengah berlatih memainkan gitar, mengabaikan jemarinya yang masih terasa perih. Hari ini juga saat ia merasa kehilangan Yessy Baruna berhasil mengusir lara, sekaligus membuat dirinya merasa tidak kehilangan.

Baruna bilang:
Gue bakal jadi Nana yang selalu melindungi babi putih gue. Elo cantik kalau senyum.

Sore tadi saat perjalan pulang Baruna sempat mengatakan pada Metari jika dirinya sudah ingat siapa Nana dan juga Babi Putih.

"Gula Baruna bilang, gue harus penuhin semua syaratnya, gue juga gak nyangka dia inget sama gue, gue pikir dia gak akan inget sama gue. Gula gue pernah baca, elo bisa mendapatkan apa pun asal elo punya keberanian untuk mendapatkannya."
Metari menarik napas perlahan.

"Gue yakin pasti bisa jadi pacar Baruna," ucapnya dengan penuh percaya diri.

Metari masih betah menyunggingkan senyum simpul, menatap teduh kura-kura yang ada dalam akuarium itu. Gadis itu menarik napas dalam kembali memetik sanar gitar itu.

Gebrak

Metari berhasil terperanjat mendengar suara pintu yang terbuka kasar, matanya membulat melihat Lanang dengan tatapan nyalang, pria itu bahkan tambil dengan pakaian yang acak-acakan dengan sweat band biru donker yang selalu menghiasi kepalanya.

Oppa-anjing kecil itu langsung menggonggong kencang bersamaan saat Lanang memasuki kamar Metari. Lanang yang mendengar tidak suka, tanpa iba kaki panjangnya langusng menendang tubuh mungil Oppa. Anjing itu meraung kesakitan, dengan gesit Metari langsung mengangkat tubuh Oppanmengelus lembut pucuk kepala anjing mungil itu.

"Elo itu kenapa sih Kak?" ucapnya cukup kesal. Ia sampai melihat bagian kaki Oppa mengeluarkan darah segar sangking kuatnya Lanang menendang tubuh kecil anjing itu.

"Berisik!" bentak Lanang cukup keras.

Oppa masih saja menggongong seolah tidak suka dengan kedatangan Lanang.

"Dasar anjing!" sekali lagi Lanang mengumpat, jemarinya bahkan hendak merebut Oppa namun dengan cepat Metari menahan lengannya.

"Jangan kasarin Oppa, cukup gue aja yang elo kasarin Kak!"

Mendengarnya Lanang tersenyum meremehkan jemarinya langsung terkepal kuat mendaratkan satu pukulan telak tepat sebelah dinding samping wajah Metari. Gadis itu kelu, menatap Lanang takut-takut. Bibir Metari bergetar behat menyadari tatapan Lanang semakin lama terlihat tajam.

"Elo lebih sayang sama anjing lo itu?" ucapnya menyeringai. Tanpa iba Lanang langsung menarik tubuh mungil Oppa membuang ke luar ruangan. Metari menjerit ia bisa meraskan rasa sakit yang Oppa dapatkan. Anjing kecil itu bahkan menggongong tanpa henti.

"Elo apa apaan sih kak-"

"Gue enggak suka sama anjing elo, gonggong terus, emang sama bangsatnya sama bokap elo!" cerca Lanang tanpa iba, sorot matanya nyalang namun tatapan itu seolah menyembunyikan luka yang berhasil tersirat dalam manik cokelatnya.

Happy Sunset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang