13| Oke Kita Pacaran

33 10 106
                                    

Perasaan bisa tumbuh setelah menjalin hubungan. Cukup berikan aku sedikit ruang di sudut hatimu.


***

"Kalian berdua udah pacaran?" pertanyaan itu terdengar sinis. Metari balas tersenyum samar.

"Iya, doain aja ya hubungan gue sama Baruna langgeng," cetus Metari dengan tawa yang sengaja dibuat-buat. Baruna yang memperlihatkan tatapan tajam tidak Metari pedulikan, sementara Yessy sudah terlihat sangat kesal, wajah gadis itu sampai memerah karenanya.

"Bye Bar, makasih udah perhatian banget sama gue," sambung Metari memanas-manasi Yessy. Gadis itu tersenyum miring, langsung memilih memasuki kelas.

"Kamu bener pacaran sama Metari?" bisik Yessy terdengar menuntut. Baruna menoleh cepat, terdengar tidak suka, seolah dirinya sudah melakukan kesalahan terhadap Yessi.

"Enggak!"

Senyum Yessy lantas tercetak begitu kentara. Gadis itu menyentuh lembut pundak Baruna membuat Baruna menepis cepat. Ia sempat berdecak, namun sebisa mungkin terlihat biasa saja.

"Bar, kamu jangan perhatian sama Metari, kamu itu punya aku," ujarnya manja. Baruna yang mendengar menaikan sebelah alisnya. Sangat tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Elo itu cuma deket sama gue, jadi jangan sok ngatur-ngatur hidup gue!" hardik Baruna cukup ketus. Pria itu langsung pergi meninggalkan Yessy tak peduli dengan keluhan yang gadis itu lontarkan.

***

"Elo tahu gue gak habis pikir sama Baruna bisa-bisanya dia ngebentak gue," bisikan itu terdengar cukup keras. Yessy sudah memasuki kelas, duduk di samping Flora membiarkan Metari sibuk dengan alat lukis yang baru saja gadis itu keluarkan. Samar-samar Metari bisa mendengar namun menolak untuk tidak peduli.

"Jangan keras-keras lo, nanti di dengar sama Meta, mau lo gak di pinjemin duit lagi," pinta Flora yang sudah mengimpit tubuh mendekat ke arah Yessy.

"Ck, tapi Ra, gue itu udah gak kuat pura-pura sama dia, lo tau apapun yang gue suka selalu aja Metari yang dapet, sekarang apa gue harus ngalah buat Baruna. Enggak!"

"Iya gue paham mau gimana lagi, elo perlu uang dan Meta perlu temen, dia udah percaya sama kita, dan jangan ngelakuin hal yang buat dia curiga,"

"Gue cuma berharap Ra, dia gak bisa penuhi semua syarat yang Baruna kasih,"

Mereka betah berbisik, meski sayup-sayup Metari mencoba untuk mendengarkan. Sudut bibirnya tersenyum getir, tidak menyangka jika Flora pun ternyata tidak setulus yang ia kira. Gadis itu betah diam, sibuk menggoreskan pensil pada buku gambarnya.

Ting...

Denting ponsel Metari terdengar pelan. Cepat-cepat gadis itu merogoh saku rok, mengambil benda pipih yang terselip di dalam sana. Alisnya berhasil tertaut, satu notif pesan dari Angkasa. Pria itu akan menghubungi dirinya jika ada tugas lukis, dan seingat Metari ekstra lukis belum memberikan tugas apapun.

[Angkasa]
Gue minta maaf soal Baruna Ta,
Kasihan salad buah elo jadi kebuang

Sudut bibir Metari tersenyun samar. Jemari gadis itu langusng tergerak mengetik balasan.

[Metari]
Ya, gue gak pa-pa kok

Pesan Metari langusng check list biru. Seceoat itu juga Angkasa mengirim balasan.

[Angkasa]
Btw salad buah yang kemarin elo kasih ke Baruna gue yang makan.

Metari sedikit kecewa. Tersenyum kecut membaca balasan Angkasa. Baru saja ia berniat mebalas satu pesan Angkasa berhasil ia terima.

Happy Sunset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang