Luka tidak selalu menyakiti dirimu, terkadang ada luka yang akan membuatmu merasa lebih baik dan lebih bahagia.
***
Angkasa langsung bangkit berdiri, matanya menatap teduh ke arah Friska. Gadis itu menggerakan pergelannya membuat gemerincing gelang kembali terdengar.
"Elo laper?" tanyanya cepat.
"Tadi iya, tapi sekarang liat muka kak Angkasa langusng kenyang," balasnya begitu lembut. Angkasa bedecak sementara ke tiga pria itu tak henti-henti menyoraki Friska yang terlihat sudah tidak tahu malu.
Angkasa langsung pergi, memesan bakso dan juga jus jeruk.
Berselang sepuluh menit ia sudah kembali dan membawa pesanan meletakan tepat di depan Friska.
"Liat muka gue enggak bakal buat elo kenyang, yang ada elo maag!" kesalnya, "cepet makan," tambah Angkasa yang subah meletakan bakso itu tepat di depan Friska.
"Romantis banget sih pacar aku," goda Friska semakin menjadi.
"Nama lo siapa?" tanya Angkasa canggung. Friska yang mendengar mengurungkan niat menyuap bakso, mengembungkan pipi, berdecak kesal.
"Ihh nama pacar sendiri kok gak tahu,"
"Jawab aja."
"Friska Jesintha,"
Angkasa mengangguk paham. Mereka memang satu ekstra, namun Angkasa sangat menghindari gadis lebay dan alay seperti Friska itu.
"Keluarin buku lo!" perintah Angkasa, tanpa berlama-lama Friska langsung mengeluarkan buku tulisnya. Angkasa membuka buku catatan gadis itu sungguh terkejut melihat isi di dalamnya.
Tempelen foto polaroid dan stiker berwajah dirinya terlihat memenuhi buku catatan.
"Elo mau sekolah apa mau ngapain?" tanya Angkasa cukup sewot.
"Yeh itu mah buku buat mood naik, kalau bosen ya liat itu tau kak," sambung Friska cepat. Angkasa menatap tidak percaya. Sontak saja gadis itu mengelurkan buku pelajarannya, membuka lembaran yang terisi dengan tulisan yang rapi dan juga keterangan sangat lengkap.
"Angka satu sampai dua belas angka berapa yang elo suka," tanya Angkasa cepat. Friska cukup bingung, begitu juga dengan ketiga pria itu.
"Ngapain sih si Angkasa?" bisik Carel pada Baruna.
"Mana gue tau, diem aja deh lo," balasnya sewot.
Deffan langung ikut menimpali. "Kita itu gak berperan penting disini, jadi lebih baik diem, nikmati bakso."
Baruna menjentik jemari, sementara Carel mengangguk mantap.
"Pilih aja,"
"Angka sepuluh,"
"Elo lebih suka menit, hari, bulan atau tahun?"
"Emm, menit aja deh soalnya aku gak suka lama-lama kak,"
"Apa permintaan terakhir elo kalau gue mutusin elo?"
"Aku bakal minta kak Angkasa buat peluk aku, kalau mau cium juga gak pa-pa biar gak jadi putusnya, sayang kan kapan lagi coba pacaran sama kakak Angkasa, yang gantengnya wadidau" kelakar Friska tidak tahu malu. Angkasa langsung memukul pelan kening gadis itu.
"Berisik!" ketus Angkasa.
"MODOSS!" kompak Carel dan Deffan sensi. Lama lama mereka juga tidak kuat mendengar ocehan Friska.
"Untung aja Metari gak secerewet itu, masih tau malu, dan terpenting Metari lebih baik," gumam Baruna pelan.
"Eh ngomong apa Bar?" tanya Deffan cepat. Baruna kelagapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Sunset
Teen Fiction#Follow dulu ya Luplup💜 Update tiap hari selasa, kamis dan sabtu. Ps: kalau gak update hari itu berarti update di hari besoknya:)# *** -Kisah cinta ini seperti mactha late, punya rasa pahit yang khas- Metari bukan gadis yang pantang menyerah, sela...