43| PDKT

23 6 1
                                    

Perlahan yang asing akan menjadi istimewa.





***

Denting ponsel Deffan berbunyi. Pria itu menautkan alis melihat notif yang Metari kirim. Permainan game PUGB yang ia mainkan jadi tertunda dan berujung dikalahkan oleh Baruna. Pria itu memang berada di kamar Baruna, bersama Angkasa dan juga Carel. Namun notif pesan yang Metari kirim berhasil menyita semua perhatian pria itu.

[Metari]
Foward message

Capek gue belajar terus, pingin ketemu sama Deffan tapi gue harus belajar buat persiapan lomba, pingin vidcall takut kalau ujugnya gue cuman bisa ngomong sebentar terus endingnya bikin dia ngerasa gak gue hargain. Tauk ah.

Kangen banget, gue kengen banget sama Deffan terakhir chat udah tiga hari, parahnya Deffan bilang di gak bakal chat gue biar gue bisa fokus belajar, gue cuma bisa liat snap dia yang main pugb.

Gladis kengen sama lo, temuin gih. Pacar itu gak baik kalau lama lama dianggurin:"

[Deffan]
Thank you Ta.

Deffan mengabikan semua ejekan yang sengaja dilemparkan Carel pada dirinya. Pria itu mengukir senyum melihat room chat Gladis. Gadis itu masih mode online, namun Deffan tidak berniat untuk mengirimkan dirinya pesan singkat, sebatas pesan yang mungkin mengatakan dirinya juga sangat merindurkan Gladis. Pria itu bangkit berdiri, menarik jaket yang tergeletak di dekat sofa.

“Ah si Deffan parah banget, katanya bisa kalahin gue, sekali diserang sama Baruna aja udah kalah” kelakar Carel namun tidak Deffan hiraukan.

“Gue cabut ya,” pamit Deffan masih berfokus pada layar pipih itu.

“Loh Fan, baru juga main,” protes Carel yang terlihat tidak suka.

Iya lah tidak suka nanti Carel pulang dengan siapa, dirinya datang ke rumah Baruna bersama Deffan. Pria itu mendengus, jika sudah seperti ini ia tahu siapa yang membuat Deffan buru-buru untuk pergi.

“Pasti mau nemui Gladis lo ya, dasar taik kucing,” sewot Carel yang masih saja kesal. Baruna yang mendengar menoleh heran.

“Kenapa lo Rel? Cemburu? Makanya cari pacar!” sela Angkasa dengan tawa yang tertahan, meski begitu pria itu masih fokus dengan layar pipih itu, tidak membiarkan Baruna mencoba mengalahkan dirinya.

“Dih elo kira nyari pacar kaya beli permen,” ketus Carel kesal.

“Kasihan banget sih lo Rel, gak pernah pacaran dari jaman masih jadi zigot,” sela Baruna yang masih saja fokus pada benda pipih itu.

“Eh! Mulutnya,” kesal Carel.

“Makanya pacaran biar enggak bertiga mulu, gak bosen apa jomblo terus?!” Deffan langsung mengenakan jaket setelah berhasil menyimpan benda pipih di saku jins.

“Bar pijem gitar ya,” sambungnya langsung menarik gitar yang ada di dekat jendela. Baruna belum menjawab namun Deffan sudah pergi meningalkan mereka.

“Perasan belom gue jawab,” gumam Baruna, menggeleng pelan mengabikan tingkah Deffan.

***

Deffan menghentikan laju motor tepat di depan rumah Gladis. Pria itu tersenyum singkat menatap lekat donat kesukaan Gladis. Pria itu sampai membeli kartu baru hanya untuk menghubungi kekasihnya. Dari bawah sini ia bisa melihat bayangan Gladis dari balik gorden tipis itu.

Pesan singkat sudah berhasil terkirim, dan sudah check list biru.

[Deffan]

[Deffan]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Sunset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang