"Kak!"
Aku melihat Kak Galaksi tengah dikerubungi zombi, ada Tipe I dan II. Ia bertarung sendirian, tidak ada siapa-siapa di sana yang membantunya. Aku bahkan tak bisa merasakan keberadaan yang lainnya. Tapi, fokusku saat ini cukup Kak Galaksi. Ia terlihat kacau. Ia pasti kesulitan menghadapi banyak zombi sendirian. Dia bukan X-Gen.
"Berhenti!" seruku, tentu untuk para zombi itu. Kegaduhan seketika berganti menjadi keheningan. Belasan atau lebih dari dua puluh zombi yang mengelilingi Kak Galaksi pun berhenti bergerak, lantas mereka memutar kepala dan badan. Mereka berdiri menghadapku. "Pergi ke bawah tanah. Tunggu di sana."
Para zombi itu bergerak perlahan dan beriringan. Hanya suara gesekan kaki dan sepatu mereka pada lantai. Mereka tak protes, menurut dengan sangat baik. Sebenarnya, aku tak menyangka dapat memerintah Tipe II juga, padahal aku hanya bicara, tak ada hal khusus yang aku lakukan untuk memerintah mereka. Rasanya seperti menggerakkan boneka sesuka hati. Mereka bergerak seperti yang aku mau.
"Mana yang lain, Kak? Kita harus pergi dari sini!" ucapku, setelah berjalan cepat - bahkan sedikit berlari - untuk langsung tiba di sisi Kak Galaksi.
"Kami terpencar," jawabnya dengan napas Senin-Kamis. "Kamu nggak apa-apa? Apa yang terjadi?"
Aku menggeleng. "Nanti aja detilnya. Kita harus cari yang lain." Aku pun menggenggam pergelangan tangannya, lalu menariknya pergi dari tempat itu. Tipis, tapi aku bisa merasakan keberadaan mereka sekarang. Mereka berada di satu tempat yang sama. "Zombi-zombi ini dikendalikan X-Gen yang udah berubah sempurna. Tempat ini adalah kerajaannya," ujarku sambil berlari.
"Sudah kuduga," gumam Kak Galaksi agak bergetar. "Lalu, kenapa kamu juga bisa mengendalikan zombi, bahkan Tipe II?" tanyanya.
Rasanya berat sekali untuk menjawab, tapi aku tak mau ia terlambat mengetahui. "Aku juga udah berubah sempurna," jawabku. Aku sempat menoleh ke arahnya. Ia terlihat sangat terkejut. "X-Gen itu bisa menghipnotis, dan dia berhasil maksa aku buat minum darah manusia. Jadi, aku udah bukan manusia lagi. Kalian harus bener-bener hati-hati sama aku mulai sekarang." Aku pun kembali menatapnya. "Maaf, ya." Lalu, aku tersenyum.
Tak ada tanggapan dari Kak Galaksi. Aku rasa, ia mulai takut dan mungkin akan menjauh dariku setelah ini. Aku sudah siap jika ia dan yang lainnya akan meninggalkanku setelah ini. Yah, meski aku akan sangat sakit hati. Tapi, ini sudah menjadi resiko untukku. Aku harus siap kapan pun. Karena, sebenarnya aku tak pernah akan bisa siap sampai kapan pun.
Kami menemukan gerombolan zombi di depan sebuah pintu ruangan, di mana di dalam ruangan itu aku juga merasakan kehadiran Tante Nat, Rei, dan Jay yang juga terkepung oleh zombi. Setelah mengusir zombi di luar, kami mencoba mendobrak pintu yang entah bagaimana tak bisa kami buka. Kami berdua menggunakan tubuh kami untuk mendobrak dua daun pintu. Padalah, kalau dilihat dari posisi engselnya, sebenarnya pintu itu terbuka ke arah luar. Tapi, kami akhirnya berhasil mendobrak pintu itu dan menimpa beberapa zombi di dalam yang menghalanginya.
Zombi-zombi di dalam langsung menoleh dan menatap ke arahku tanpa emosi. Setelah kuperintahkan, mereka keluar berbondong-bondong dan meninggalkan kami di tempat yang terasa sangat menegangkan itu. Apalagi, ketika aku mencium aroma darah manusia dari salah satu ketiga orang yang tadi terkepung di sana. Cepat-cepat aku menutup hidungku. Aromanya benar-benar nikmat. Aku jadi teringat bagaimana ketika darah yang masuk ke dalam mulutku meleleh seperti cokelat.
"Siapa yang terluka?" tanyaku, seraya berjalan mendekat, tapi perlahan-lahan.
"Jay," sebut Tante Nat. Wajahnya terlihat kelelahan sekali. Rei bahkan sudah terduduk lemas di belakang dua orang dewasa itu. "Dia kena gigitan zombi. Ki-Kita harus bertindak sebelum dia berubah." Tante Nat bahkan terdengar ragu dengan ucapannya. Ia pasti takut memilih kata, karena sebenarnya ia berkata seperti itu dengan makna 'bertindak' adalah membunuh Jay sebelum berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A-TEARS [COMPLETED]
Ficção CientíficaZombi dan monster bukan lagi sebuah mitos. Sekelompok teroris berhasil menciptakan senjata biologis yang mampu mengubah manusia dan hewan menjadi zombi dan monster. Tepat pada perayaan Tahun Baru 2021, dunia menghadapi krisis kemusnahan manusia dan...