2021

923 112 6
                                    

Terpaan angin lembut membangunkanku. Gemerisik dedaunan pepohonan yang tertiup angin menarik kesadaranku. Aroma amis dari daging busuk berbelatung membuka mataku. Aku menarik tubuhku perlahan-lahan, lalu aku sadar bahwa aku berada di tengah-tengah beronggok-onggok tubuh busuk di tengah jalan raya yang lebar, tanpa ada satupun tanda-tanda kehidupan.

Siang hari yang cerah dan panas membuat daging-daging busuk itu cepat membusuk, dan tampaknya akan segera matang. Tulang belulang di sana-sini, beberapa masih saling berkumpul dengan tulang lainnya untuk membentuk rangka manusia maupun hewan. Lalat berkeliling, sesekali hinggap untuk menikmati. Belatung menggeliat-geliat menggerogoti daging busuk. Kecoa dan tikus juga menikmati makan siang berupa daging busuk itu. Benar-benar pemandangan yang menjijikkan.

Tunggu. Itu bukan kecoa ataupun tikus. Bentuk mereka sama, tapi ukuran mereka bisa dua atau tiga kali lipat lebih besar dari yang kuingat. Aku mendekat untuk memastikan. Dan benar. Seramnya lagi, mereka seperti memiliki gigi. Kecoa setahuku tidak punya gigi, tapi yang ada di hadapanku saat ini memiliki gigi-gigi kecil dan taring yang agak panjang dibanding gigi lainnya. Tikus itu bahkan punya taring yang besarnya sama seperti taring harimau.

Mungkin aku masih belum sepenuhnya sadar. Mungkin aku berhalusinasi dengan semua pemandangan ini.

Angin berhembus cukup kuat hingga mengejutkan dan membuat tubuhku sedikit terdorong. Aku seperti tak punya tenaga, seperti sudah seminggu tidak makan dan minum. Sesuatu menempel di kakiku, sepertinya terbawa angin yang sempat kencang tadi. Itu sebuah selebaran kertas putih yang kusam. Aku mengambilnya dan melihatnya.

1 Januari 2021
Penyakit baru mewabah di seluruh dunia akibat senjata biologis oleh kelompok teroris.
A-TEARS, mengubah makhluk hidup menjadi zombi dan monster.
Manusia menghadapi masa kepunahan.

Pusat Penyakit Tropis
Surabaya, 15 Februari 2021

Aku menurunkan selebaran itu dan melihat sekeliling dengan lebih fokus. Banyak lubang-lubang dan retakan di aspal, tanah, dan gedung-gedung yang runtuh dan hancur. Sebuah monumen di depan gedung tampak setengah hancur, tapi tulisannya masih bisa dibaca dengan jelas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Aku ada di Jakarta. Sayangnya, aku tidak tahu tanggal dan jam berapa saat ini. Yang jelas, sepertinya kejadian itu sudah terjadi lebih dari satu setengah bulan.

Aku melihat ke sekelilingku. Seperti berada di sebuah kota mati. Kosong, tak ada kehidupan kecuali hewan-hewan monster. Tak ada zombi, dan aku yakin mereka tidak akan berada di sini karena tidak ada sumber makanan. Gedung-gedung pencakar langit bahkan tampak miring dan akan segera runtuh, dan beberapa gedung tampak rusak ringan sampai parah, mungkin akibat kejadian awal tahun 2021 itu.

Angin kembali berhembus kuat, seakan-akan aku berada di sebuah gurun. Debu menggelitik di pipiku yang terasa amat lengket dan berdebu, mungkin setelah ini akan tumbuh jerawat di sana-sini. Debu memasuki mataku, membuatku berhenti berjalan untuk menyeka mata. Saat itu aku teringat, bahkan tanganku seakan-akan ingat kebiasaan yang sering aku lakukan. Aku mengangkat kaca mataku untuk membersihkan mata dari debu. Aku rasa, seharusnya aku memakai kaca mata, tapi sejauh ini mataku dapat melihat dengan sangat baik.

Kali ini, sesuatu menempel di wajahku. Selebaran lagi. Aku menariknya menjauhi wajah. Hampir saja aku membuangnya. Selebaran itu berbeda dari sebelumnya, warnanya biru dan tampak masih cukup baru. Lalu, aku mendengar deru baling-baling helikopter di langit. Helikopter itu terbang agak tinggi, dan dari sanalah selebaran itu berasal. Aku rasa, begitulah cara pemerintah memberikan informasi-informasi terkini saat ini. Rasanya, saat ini kehidupan kembali seperti zaman dulu, zaman sebelum elektronik canggih dan internet ada.

Pemasokan bantuan oleh pemerintah akan menurun. Masyarakat diharapkan mulai bercocok tanam dan berternak. Bantuan pemerintah akan diberikan setiap sebulan sekali.

Humas POSKO 2021
Surabaya, 23 Februari 2021

Aku rasa, hari ini adalah tanggal 23 Februari 2021, atau mungkin sehari setelah selebaran ini dicetak. Yah, yang mana saja bagiku sama.

Tahun 2021 yang seharusnya menjadi tahun dengan kemajuan teknologi dan berbagai bidang lainnya, kini telah kembali ke masa seperti tahun-tahun Perang Dunia. Manusia akan menghadapi masa-masa yang berat. Hukum rimba akan kembali berlaku. Entah apakah manusia yang sebelumnya hidup dalam kepraktisan dapat beradaptasi dengan baik, atau akan menghadapi kemusnahan. Aku tidak bisa memprediksinya.

Namun, satu hal yang pasti. Aku akan beradaptasi dan bertahan hidup.

Hai!
Aku bawa cerita baru tentang perzombian dan permonsteran.
Ada super human juga sih.

Well, cerita ini konsepnya udh aku buat dari awal 2020. Tapi, karna ada beberapa pertimbangan, aku gak berani publish.

Tadinya mau aku pake tahun 2020 sebagai latar belakang waktu. Tapi, yaudah. Ini 2020 udh mau kelar, jadi aku pakai 2021 aja.
(Aku nggak maksa kalian buat percaya yang ini, sih)

Selamat menikmati!
Semoga suka 😽😽

A-TEARS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang