Kami diundang Pak Suparno untuk makan malam di rumahnya. Kami tentu saja terkejut dan senang. Kami tak menyangka diterima dengan ramah sekali oleh warga desa. Bahkan, sepanjang kami berjalan ke rumah Pak Suparno, dibimbing Mas Bayu, banyak warga yang menyapa ramah pada kami. Rasanya seperti turis asing di sebuah perkampungan pedalaman. Agak mencolok, tapi entah kenapa aku merasa nyaman dan rasanya ingin selalu tinggal di sini. Kalau bukan karena Ayah dan vaksin, aku akan tinggal di sini dengan mereka.
Pak Suparno memiliki istri bernama Hilda, wanita bertubuh gemuk dengan senyum ramah dan hangat, bahkan pembawaannya pun membuat orang-orang merasa teringat dengan ibu merema. Lalu, tentu saja, anak semata wayangnya, Wiratama, remaja seumuranku atau Kak Galaksi yang sama tamahnya dengan kedua orang tuanya.
Bu Hilda pandai sekali memasak. Kami seperti berada di restoran. Aku tahu bahwa desa ini berternak dan bercocok tanam, tapi tak kusangka mereka mau mengeluarkan daging ayam untuk makan malam kami. Masakannya pun punya rasa karena kaya akan rempah dan bumbu. Semur ayam, sambal, dan sayur capcay. Sumpah! Demi apapun! Ini makanan terenak yang pernah aku makan. Kalau perutku besar, rasanya aku ingin melahap semuanya dengan rakus, seakan sudah seabad aku tidak makan. Aku juga bisa melihat ekspresi Kak Galaksi dan lainnya ketika menyantap makanan buatan Bu Hilda.
"Al, mau jalan-jalan bentar, nggak? Mau ngobrol sesama X-Gen," ajak Wira saat kami sudah selesai makan dan sedang berbincang-bincang seru.
"Ma -"
"Nggak," jawab Kak Galaksi menimpali ucapanku. Aku pun menatapnya dengan kening berkerut. "Al belum pulih banget, jadi dia harus istirahat banyak. Besok kami harus melanjutkan perjalanan," jelasnya.
"O-Oh, benar juga."
Aku akui Kak Galaksi menyebalkan, padahal sejak di Semarang ia tak sepeduli ini. Tapi, itulah yang aneh. Semenjak menjadi X-Gen sepenuhnya, aku merasa lebih peka pada situasi. Bahkan, saat Kak Galaksi menatapku, aku seperti tahu apa yang sedang ia pikirkan.
"Ngobrol di teras aja, jangan diajak jalan-jalan malem, tho, le," ujar Bu Hilda dengan lembut.
Sesaat, aku melihat Kak Galaksi. Ia acuh, jadi aku rasa tak masalah. "Kalau itu nggak apa-apa," timpalku. "Jantungku bobrok banget, jadi kalau harus jalan-jalan malem, nanti malah nyusahin," ungkapku.
Lalu, Wira pun mengajakku meninggalkan ruang makan. Kami pergi ke teras dengan sebuah dipan bambu di sana, lengkap dengan meja bambu kecil di hadapan kami. Wira sempat meninggalkanku beberapa detik untuk membawakan minuman hangat. Dan, aku terkejut karena yang ia bawa adalah susu jahe panas. Aromanya saja sudah menghangatkan.
"Jadi, kamu udah berubah sepenuhnya?" tanya Wira mengawali.
Aku mengangguk sambil menyesap susu jahe. Bukan hanya hangat di mulut, tapi juga sampai ke lambung. "Terpaksa dan tanpa sadar," jawabku. "Kamu juga, 'kan?"
Dia mengangguk dan tersenyum. "Ibuk yang menawarkan, dan aku ndak bisa nolak karna rasanya lapar," jawabnya, lalu ia terkekeh-kekeh. "Aku kayak anak durhaka, ya? Kerjaannya nyusahin Ibuk." Kali ini, tawanya terdengar garing.
Aku tak menanggapi ucapannya. "Apa aku boleh tahu kekuatanmu?" Kali ini, aku yang bertanya.
Dia mengangguk dan tersenyum hangat sambil menatapku. "Api." Karena itu kata yang singkat, aku kira aku salah dengar. "Aku biaa menciptakan api hanya dengan menjentikkan jari." Lalu, ia menjentikkan jari dan sebuah api kecil tercipta di ujung telunjuknya. "Kalau kamu?"
Aku menggeleng. "Aku masih nggak ngerti." Aku pun mengangkat tangan kananku dan menatapnya. Itu aliran aura yang sangat kuat. "Pertama kali aku ngelawan X-Gen, aku kayak bisa tahu apa yang mau dia lakukan, atau apa kekuatannya. Ada aura yang muncul dari tubuhnya. Terus, pas aku dibangkitin minggu lalu, aku cuma nempelin tangan di wajah X-Gen itu dan matanya pun rusak. Jadi, aku bener-bener nggak punya ide soal ini." Aku menatapnya dan terkekeh-kekeh. "Apalagi, aku ini amnesia, jadi banyak hal yang rasanya masih berkabut di otakku," tambahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A-TEARS [COMPLETED]
Ciencia FicciónZombi dan monster bukan lagi sebuah mitos. Sekelompok teroris berhasil menciptakan senjata biologis yang mampu mengubah manusia dan hewan menjadi zombi dan monster. Tepat pada perayaan Tahun Baru 2021, dunia menghadapi krisis kemusnahan manusia dan...