59. Epilog

168 5 0
                                    

Matahari mulai menampakan wujudnya. Sinarnya menemani tiga bayi yang sudah menunggu kedatanganya. Bayi yang belum genap satu tahun itu tergeletak di kereta bayi. Tidur nyenyak tanpa terganggu sinarnya sama sekali

Tentu mereka diawasi, ada tiga wanita dewasa yang juga turut ikut berjemur, ketiganya sama-sama berbadan dua saat ini.

"Mom, Mommy dimana?!" panggil bocah berumur empat tahun. Dia mencari Mommy-nya yang tengah berjemur.

"Kenapa sayang? Mommy di depan." Balas Zarta.

"Eh ada Mami juga." ucapnya yang melihat dua Maminya disana.

Bocah ini memang terbiasa memanggil Dian dan Lesha dengan sebutan Mami, begitupun kepada Lita. 

Lita? Dia justru masih asyik tidur di kamarnya. Padahal anaknya disini sedang berjemur. Ya, satu dari ketiga bayi itu adalah anak Lita. Sedangkan dua nya adalah kembar, anak Dian.

"Mami!" panggil lagi seorang bocah yang berusia tiga tahun. Dia berlari sembari menangis.

"Mami di depan sayang." teriak Lesha mendengar anaknya menangis.

"Mami kenapa ninggalin Alano sendirian!" rajuknya sembari duduk disamping Lesha.

"Pagi adeknya Alano." ujar Alano menyapa adiknya yang masih dalam perut Lesha.

"Pagi Kakak Alano." ujar Dian menyahuti sapaan Alano dengan menirukan suaranya.

"Adek kembarnya nggak disapa, nanti nangis loh." ujar Dian.

"Enggak, mereka bukan adeknya Alano!" tolaknya sembari memeluk pinggang Lesha.

"Alano nggak boleh gitu!" sahut Lesha dengan lembut

"Yaudah, mereka semua adeknya aku, awas aja kalo kamu deketin mereka!" kesal bocah berumur empat tahun itu sembari menunjuk tiga kereta bayi di depanya.

"Sanah, aku punya adek sendiri!" balas Alano dengan angkuh.

Dian, Lesha dan Zarta justru tertawa menyaksikan dua anak yang sangat menggemaskan. Semoga saja, dewasa nanti mereka bisa akur.

•••••

"Nggak kerasa ya, kita udah satu tahun disini." ujar Zarta.

"Gue dua tahun Ta, bosen banget." saut Lita.

Zarta dan Lesha memang hanya satu tahun, berbeda dengan Lita dan Dian yang sudah dua tahun disana.

"Tapi tempatnya enak banget. Nggak kaya kota banyak gedung-gedung." ujar Dian ikut menyauti.

"Bener tuh, pohonya subur-subur banget." tambah Lesha.

Sekarang keempatnya tengah bersantai di ruang tengah. Hanya Lita yang sedang tidak mengandung, jadi dia sudah sepeerti pelayan yang dimintai tolong sana-sini. Padahal mereka bahkan tidak kekurangan pelayan sama sekali.

Oh, ya mereka berempat sekarang tengah diasingkan ke pulau terpencil yang sudah menjadi hak milik KristalBlue. Setelah putri Cristal setidaknya genap lima tahun, baru mereka bisa kembali menjalani kehidupan seperti biasa. Tapi tidak dengan sang putri. Dia tentu harus hidup di pulau ini.

Setidaknya sampai usianya matang untuk dilatih menghadapi hidup yang sebenarnya, takdir hidupnya. Takdirnya yang berbeda.

•••••

Vote
Coment



Selesai guys
Buat kalian yang udah ninggalin jejak
Baik berupa vote ataupun komentar
Aku ucapin MAKASIH

Jangan lupa follow akun wp aku ya

Dian Is Fuck Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang