49. DIFNG

126 5 2
                                    

Matahari sudah bersinar dan Dian baru bangun. Karena tak bisa menjalankan aktivitas paginya, Dian memilih kembali tidur tadi pagi.

Sekarang ia menginap di mansion kakeknya, keluarga Jaya. Kemarin ia lupa kalau kakeknya datang ke Indonesia dan sudah mengundang keluarganya beberapa hari lalu.

"Morning semuanya!" Sapa Dian setelah sampai ruang makan.

"Morning kakekku sayang." Sapa Dian lagi setelah berada di hadapan kakeknya. Tak lupa ia mengecup sebelah pipi milik kakeknya.

Selesai sarapan Dian segera pamit disusul Andri. Andre sebenarnya sudah pulang kemarin, namun badannya merasa tidak enak, jadi ia memilih izin satu hari lagi.

"Bareng sekalian nggak lo?" Tanya Andri tiba-tiba dari belakang Dian.

"Gue punya mobil!" Ucap Dian menolak.

"Yaudah bagus kalo gitu. Gue jadi bisa jemput dede Alya." Pamer Andri langsung berjalan mendahului Dian. Dian bergidik ngeri mendengar panggilan Andri terhadap kekasih barunya.

Dian mulai melajukan mobilnya, meninggalkan mansion Jaya yang nampak semakin megah dari kejauhan. Semakin jauh melaju perasaannya semakin yakin kalau ada seseorang yang mengikutinya.

Benar saja, mobil Dian sudah diikuti tiga mobil sedan hitam. Dua diantaranya berjejer dibelakang sedangkan salah satunya hampir menyamai posisi mobil Dian.

Karena Dian merasa mereka ada sangkut pautnya dengan batu di samping gedung, ia memilih melaju memasuki kawasan yang sepi.

Dian turun dari mobil. Sembari menunggu penumpang ketiga mobil sedan itu turun, dia memilih bersender pada mobilnya seraya memainkan rambut curly-nya.

"Siapa kalian?" Tanya Dian to the point, saat beberapa orang mendekat. Bisa Dian tebak jumlahnya dua-belas, karena setiap mobil ditempati empat orang.

"Tidak penting siapa kami, yang terpenting Anda mau dengan suka rela ikut kami!" Ucap salah satu dari mereka.

"Kalahkan aku dengan tangan kosong, maka aku akan ikut dengan suka rela." Balas Dian enteng. Tubuhnya bahkan masih bersender pada mobilnya.

"Lawan dia!" Pinta orang tadi.

Dian melawan sepuluh orang secara bersamaan. Bisa dilihat orang yang tadi memberi perintah memiliki kedudukan lebih tinggi. Sedangkan satu orang di sebelahnya tentu pengabdi yang selalu menemaninya.

'Kemampuannya bukan mainan. Mereka pasti benar-benar orang terlatih!' Tebak Dian dalam hati. Dia hampir kewalahan melawan mereka.

Cara bertarung, menyerang dan pertahanannya sangat terlatih. Bahkan dalam mengatur pernapasan dan pengeluaran tenaga mereka benar-benar diacungi jempol.

"Selain kalah jumlah anda juga hampir kalah tenaga, Nona. Mengalah adalah jalan terbaik untuk saat ini. Ikutlah dengan kami secara suka rela!" Ujar pemimpin itu memberi nasihat ditengah pertarungan Dian dan pasukannya.

"Sebutkan asal kalian!" Balas Dian sembari mempertahankan diri dari serangan.

"Saya pengganti Haris, Arunggu pimpinan tiga dari GoldDiamond yang diutus untuk membawa Anda."

Ucapan pimpinan yang bernama Arunggu itu berhasil membuat konsentrasi Dian terbelah. Ia sedikit merasa kaget membuatnya lengah. Sayang, sekarang pertahanannya sudah runtuh. Serangan mereka terlalu ketat untuk Dian lawan lagi.

~•~•~•~

"Kalian kemana sih?" Ujar Zarta masih menunggu kehadiran dua sahabatnya.

"Zarta!! Kenapa masih berdiri disini? Bel sudah berbunyi!" Teriak guru piket yang sedang berkeliling.

Dian Is Fuck Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang