"Kaaaaaak." Jerit seorang gadis yang melihat kakaknya tersungkur di lantai dengan mulut penuh cairan putih. Bahkan kakinya dilumuri darah.
"Kak, kakak kenapa?" Paniknya langsung membawa kepala sang kakak ke atas pahanya.
"Tenang, tenang, tenang. Aku harus apa?" Ucapnya kembali panik di akhir kalimatnya.
Gadis itu lantas keluar mencari bantuan. Bersyukur ada tetangganya yang tengah bersantai di rumah. Segera ia meminta bantuan.
Gadis dan tetangganya itu memberhentikan sebuah angkot untuk meminta diantarkan ke rumah sakit.
"Kak, tahan yah kak."
Samar-samar, remaja yang dipanggil kakak itu tersadar menahan rasa sesah di dadanya. Tubuhnya tak kuasa menahan sakit di dalam perut yang berisikan segala obat hingga overdosis.
"Ka-ka min-ta maf. Ma-afin kaka Al. Ka-kalo kaka ngga ad-da, kam-kamu buka lok-ker me-mej-jaa kaka ya Al. Se-kali la-lagi... Kaka minta maaf." Sang kakak itu hilang kesadaran setelah kalimatnya yang terbata-bata.
"Ka, ka! Jangan becanda sama Al ka!" Sentak gadis itu kelewat panik, melihat kakaknya kembali tak sadarkan diri.
"Pak tolong lebih cepat lagi." Pinta ibu Sari sang tetangga Alya.
Ya, gadis yang tengah membawa kakaknya ke rumah sakit adalah Alya.
"Ka, jangan tinggalin Alya ka! Tante udah pergi ninggalin kita. Kakak harus terus temenin aku, jangan ninggalin aku ka, pliss." Oceh Alya yang tak bisa menahan air matanya.
¤=¤=¤=¤=¤=¤
Dokter keluar dari IGD, padahal baru 10 menit Elya masuk. Kakak Alya memang bernama Elya, lengkapnya Elya Zabela.
"Keluarga pasien?" Tanya Dokter mengarah ke ruang tunggu.
Alya yang mendengar itu, langsung berdiri menghampiri sang dokter. Sedangkan bu Sari tengah membantu Alya mendaftarkan kakaknya.
"Gimana kakak saya dok?" Tanya Alya dengan mata penuh harapan. Jantungnya berdetak tak karuan menunggu jawaban dokter.
"Maaf..." Satu kata saja mampu membuat kaki Alya menekuk tak kuat menyokong, tubuhnya kaku terduduk. Padahal kalimat dokter belum selesai dijabarkan.
"Saya tak bisa menyelamatkan pasien dan bayinya. Pasien terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan." Jelas sang dokter.
"Ap-apa?" Tanya Alya sembari mendongak. Ia kembali berusaha berdiri, dibantu sang dokter.
"Ka-kakak saya hamil?" Tanyanya ragu.
"Iya, anda tak tahu?" Tanya dokter sembari mengernyit.
"Usia kandungannya memasuki sembilan minggu. Janinnya masih terlalu lemah, sehingga tak bisa diselamatkan."
Alya yang mendengar itu menangis, lama-kelamaan kepalanya merasa pening. Alya tumbang seketika, dirinya pinsan.
Alya terbangun, dia tertidur di kursi tunggu. Kepalanya berbantalan tetangganya bu Sari.
"Enghh." Keluh Alya membangunkan diri.
"Bu Sari, jadi tadi saya mimpi?" Tanya Alya. Bu Sari yang mendengar itu menatap Alya iba.
"Sabar ya nak Alya, kamu pasti kuat."
"Apa? Jadi beneran?" Alya berusaha menahan tangisnya. Ia tak mau kembali menyusahkan orang lain. Takut dirinya kembali pinsan.
"Sek-sekarang kakak saya ada dimana?"
"Kakak kamu dan janinnya sedang dipersiapkan. Sebentar lagi akan di antar ke rumah kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dian Is Fuck Nerd Girl
Novela JuvenilDiananta Permata Saputri Argajaya adalah seorang gadis cantik yang merubah penampilannya. Dia merasakan tertarik dengan seorang laki laki. Namun dengan identitasnya yang bisa dikatakan tidak sedikit, membuat dirinya harus berakting dengan beberapa p...