52. DIFNG

84 2 0
                                    

Zarta kini tengah berjalan dengan cepat di sebuah apartemen mewah. Pukul tujuh tadi, Jouis meminta tolong untuk datang siang. Tapi Zarta yang terlanjur khawatir tanpa pikir dua kali pun langsung bersiap, padahal dia sendiri juga baru bangun tidur.

Zarta sampai pukul 8.30, padahal jaraknya tak terlalu jauh. Meskipun weekend, tidak membuat Jakarta absen dari macet. Apa lagi beberapa jalan yang sudah ditutup karena Car Free Day.

Sampai di apartemen yang Zarta yakini sudah dimiliki Jouis, segera dia buka dengan menekan sederet angka. Jouis sempat menginformasikan melalui telepon tadi.

Apartemen milik ketuanya itu nampak sangat luas, bahkan ada kolam renang mini indoor, juga aset dapurnya nampak sangat lengkap.

Zarta menggeleng, 'Bodoh! Ngapain jadi speechles, rumah gue bahkan lebih mewah! Ehh sombong amat gue!' Gumamnya bermonolog, menyadarkan ketertarikannya pada apartemen ini.

Zarta berjalan lebih dalam ke apartemen, sampai ia menemukan dua pintu berhadapan yang ia tebak masing-masing adalah kamar.

"Jou?!" Teriaknya memanggil sambil mengetuk salah satu pintu.

Tak lama terdengar sautan yang suaranya berasal dari pintu yang satunya. Menemukan keberadaan Jouis membuat dia segera memasuki kamar itu tanpa permisi.

Bau alkohol sangat menguak memasuki indra penciuman Zarta. Dia hampir dibuat pusing olehnya, kalau saja tak melihat bagaimana kondisi Jouis saat ini.

Wajah tampannya kini terlihat lemah. Bibirnya pucat bergetar menahan rasa dingin. Hidungnya nampak lebih merah dari area wajah lain. Matanya bahkan melahirkan kantung mata yang arrgh, entahlah. Ini membuat Zarta khawatir bukan main.

Zarta duduk di pinggir ranjang, mengelus lembut dahi sampai puncak kepala Jouis. Panas tubuh Jouis menyalur melalui indra peraba gadis itu.

"Kenapa bisa minum sampe demam gini?" Lirih Zarta ketika Jouis menggigil.

"Gue bikinin bubur dulu ya." Tambahnya dengan suara lembut.

Usapan puncak kepalanya yang hilang, membuat Jouis sadar. Tanpa ragu ia tahan pergerakan Zarta. Kembali menuntun tangan milik gadis itu untuk kembali mengusapnya.

"Aaaa lo ngapain Jou?!" Teriaknya kaget.

Tanpa permisi Jouis meraih pinggang Zarta, bukan hanya dibawa pada pelukannya, tapi dia angkat tubuh mungil itu untuk dipindahkan ke tengah ranjangnya. Tidak merasa bersalah, Jouis kembali menuntun tangan Zarta meraih puncak kepalanya. Dia bahkan masih memeluk pinggang Zarta dengan posesif.

"Gue bisa ngelus sambil duduk!" Ujar Zarta menahan gugupnya. Jantungnya saat ini tengah bekerja dua kali lipat.

"Lo juga butuh makan Jou!" Ujarnya lagi.

Zarta semakin dibuat gugup karena Jouis dengan tenangnya memejamkan mata. Tak merespon semua ucapannya.

Melihat Jouis yang begitu tenang walau berwajah pucat, membuat Zarta semakin larut dalam kagumnya. Tanpa sadar, tangan kanannya yang bebas mulai bergerilya menjelajahi wajah tampan di depannya.

Sekali gerakan, tangan Jouis sudah menggenggam pergelangan kanan Zarta, membuat Zarta kembali dilanda gugup. Lama-kelamaan jantungnya ini akan bekerja lembur kalau dia terus-terusan berada di dekat Jouis.

Zarta yang hendak bangkit kembali di tarik. Jouis tidak membiarkan Zarta bebas dari kukungannya. Entahlah, Zarta bingung dibuatnya.

"Jou!" Panggil Zarta lirih.

Jouis tidak menanggapi sama sekali.

"Jou! Apa lo masih mabuk?" Tanya Zarta memastikan laki-laki didepannya ini masih pengar atau sudah sadar.

Dian Is Fuck Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang