31. DIFNG

140 5 0
                                    

Laki laki bertubuh kekar mendorong kursi roda melewati lorong rumah sakit yang tergolong sepi, bahkan sangat sepi. Lampu koridorpun nampak sedikit remang.

Setelah memasuki lift, tampak orang yang terduduk di atas kursi roda mulai mendapat kesadarannya.

Sadar targetnya terbangun, laki-laki itu segera membius lagi dengan sapu tangan yang sudah diresapi cairan.

Lama perjalanan, akhirnya laki-laki itu sampai di sebuah gedung kosong bersama target yang sebentar lagi akan menjadi korbannya.

Tak disangka, ditengah aksinya yang masih menunggu kesadaran sang korban, pintu ruangan dirinya berada terbuka dengan kasar.

Seorang remaja nampak lebih tua dari umurnya tengah menodongkan senjata api di ambang pintu.

Disa, ya dia Disa a.k.a Dian sang remaja itu. Merasa targetnya tak memiliki bantuan, Dian lantas menurunkan senjatanya.

Dian berjalan masuk sendirian dengan langkah kelewat santai, sesekali menghindari jebakan di lantai dan langit-langit.

Targetnya adalah laki-laki yang sudah berani membawa pasien dari rumah sakit.

"Who are you?" Tanya laki-laki itu santai.

Sikap santainya, bukan menutupi rasa gugup atau takut. Namun dirinya terbiasa kepergok saat beraksi.

Pasti mudah menangani hal semacam kepergok, bagi pembunuh bayaran yang terbilang berkompeten.

Dian kini memakai pakaian serba hitam. Ditambah masker yang menutupi wajah cantiknya.

Tentu saja laki-laki itu tahu bahwa Dian adalah seorang wanita. Terlihat dari lekuk tubuhnya yang cantik bak hourglass.

Laki-laki itu merasa jengah, karena pertanyaan baiknya tak kunjung menerima jawaban. Dia akhirnya melontarkan sebuah peluru.

Beruntung Dian mampu menghindar dengan gesit. Dian terus berjalan mendekati targetnya.

Segera Dian tendang tangannya, hingga senjata itu terjatuh dari genggaman sang pemilik.

Pasien yang masih mengenakan seragamnya tersadar kala suara tembakan menggelegar disetiap penjuru ruangan.

Merasa takut, sang pasien hanya bisa menutup mata karena dirinya diikat di sebuah kursi kayu.

Tim inti yang memantau dari luar gedung, memerintahkan Zarta untuk segera masuk menyelamatkan korban.

Zarta berjalan diam-diam karena baru pernah ia melihat perkelahian hebat secara langsung. Bahkan dirinya masih shock akibat suara tembakan.

Blushhh

"Aaaaaaa"

Uhuk uhuk

Zarta masuk lingkar perangkap. Dirinya yang masih kalut dalam gelisah pun tak mampu berpikir jernih, kala asap keluar dari langit-langit.

Zarta hanya mampu menahan napas ditengah gas beracun yang entah mengapa hanya berputar membentuk lingkaran, dimana dirinya terduduk.

Dian yang mendengar jeritan sahabatnya pun lengah, hingga bagian pipinya berhasil diterobos pukulan.

Bugh

Bugh

Bugh

Kreek

"Aaaah"

Bugh

Bugh

Bruk

Pukulan demi pukulan, Dian lontarkan tanpa ampun. Bahkan memberi sedikit celah untuk lawannya membalas pun enggan.

Segera Dian gunakan masker khusus. Dia lantas menerobos masuk lingkar gas beracun itu. Dia membawa Zarta yang pinsan untuk keluar dari lingkaran itu.

Dian Is Fuck Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang