7. Pelayan

251 9 0
                                    

"Stop!!" Teriak gue lantang menggema di ruang kelas. Semua pun langsung ngeliat gue tanpa kecuali.

"Eh Na, lo mau ngapain?" Tanya satu siswi di deket gue dengan berbisik.

"Ada pahlawan baru kayaknya nih." Ujar Ben dengan tawa renyah.

"Cupu baru ya lo. Ngga tau apa-apa gausah ikut campur deh, ntar dikeluarin marah-marah." Pinta teman Ben yang gue liat si namanya Andi.

"Dia temen sekelas aku, wajar dong aku tolongin." Gue ngomongnya sambil ngegas dikit, dikit ya dikit.

"Lo nyolot, ngga tau siapa kita?" Ben langsung membalas dengan bentakan.

"Penting kamu siapa? Masih anak orang kan?" Gue membalas dengan sedikit bergaya. Sebelah alis gue angkat sambil menyedekapkan kedua tangan di depan dada.

"Lo bakalan nyesel, bi**h. Dan sekarang gue lagi ada urusan, pergi lo" Ujar Ben lalu fokusnya kembali pada Ari.

'anjir gue dikatain bi**h' geram gue dalam hati tak terima.

"Kalo besok lo belum tau pelakunya, gue pastiin lo angkat kaki dari sekolah ini." Ancam Ben tak lupa dengan membentakkan.

Langakah Ben berbalik hendak keluar kelas. Kedua temannya pun mengikuti dari belakang.

•••••

Baru banget Ben melangkah mau keluar kelas, tapi tanganya itu udah gue tarik duluan.

Keadaan gue dengan muka nunduk, sedangkan tubuh gue sandarin ke meja. Tangan lainnya gue bertengger cantik di meja.

Pandangan Ben natep tangan gue jijik. Sedetik kemudian pandangannya mengalir sampai akhirnya ngeliat mata gue.

Kepala gue langsung gue angkat. Mengabaikan tatapan jijik dan marah Ben tentunya. Cowo brengsek mana si yang nggak marah kalau dipegang-pegang sembarangan sama cupu yang dia sendiri mandang rendah orang itu.

"Kalau aku yang ngelaporin, kamu mau apa?" Tampang watados gue terpasang jelas. Gue pastiin seisi kelas melotot tanpa kecuali.

Kirain langsung dihajar, tapi dugaan gue salah. Dia justru mulai ngehimpit gue diantara tubuh dan meja.

'anjing' umpat gue yang pasti di dalem hati.

"Ngapain?" Yang pasti gue pura-pura gugup. Gue ngga segampang itu ngerasa baper yah sama cowo sembarangan dan gak menarik, apalagi baru kenal.

Tapi jujur, rasa takut emang ada walaupun cuma sedikit. Ini tuh aslinya masuk pelecehan, kalau aja bukan gue yang mancing dia pake pegang-pegang tangannya duluan.

"Tunggu dan liat yang bakal gue lakuin nerd." Ujar Ben tepat di telinga gue.

Sebelum dia beranjak pergi, tangan kiri gue menahan tangan kanan Ben. Sedangkan tangan kanan gue, memegang leher sampingnya, namun ibu jari dan telunjuknya mengapit telinga.

Tangan kanan gue menuntun kepala Ben untuk lebih menunduk. Gue pun berjinjit mengarah ke telinga kanan Ben. Gue denger Ben menggretakkan giginya.

"Gue tunggu CANDELO BENEDIT RETTO" Balas gue menekan nama lengkapnya.

Tubuh Ben lantas menegang, matanya membulat sempurnya. Tak lama ia tersadar, telapak tangannya melingkar indah di leher gue.

"Siapa lo?!" Tangan lainnya membantu menunjuk wajah cantik gue. Sedangkan wajahnya kini dilumuri amarah.

"Aku?" Gue justru balik bertanya dengan tangan kanan gue menunjuk muka gue. Ekspresi gue pun membantu berperan dengan raut bingung.

"DIananta SAputri" Lanjut gue dengan menekankan suku kata DI dan SA. Tapi kayaknya siapapun yang denger nggak ada yang sadar sama sekali.

Dian Is Fuck Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang