35. DIFNG

128 6 0
                                    

Dor

Terakhir ia tembak lutut kanan Haris.

Tak lama Zerro datang bersama Lesha dan Zarta yang baru menyelesaikan perintah Dian.

Zerro berjalan ke arah kepala sekolah. Berbeda dengan Lesha dan Zarta yang kembali duduk bersama Lita.

Zerro langsung mengajak kepala sekolah untuk menuju tempat yang lebih privasi. Akhirnya Kepsek mau setelah dibujuk.

Tak lama polisi yang ternyata sudah dipanggil oleh kepala sekolah datang.

Lesha yang baru duduk kembali bangkit melihat siapa yang datang.

"Aaa. Kak Ghaza, kita ketemu lagi." Ujar Lesha yang berhambur kedalam pelukan pimpinan polisi.

"Ekhem." Dehem Ghaza untuk menyadarkan Lesha, namun Lesha tak kunjung melepas tautannya.

"Centil banget lo jadi cewe!" Sentak Dian membuat Lesha melepas pelukannya seraya memanyunkan bibirnya.

Ghaza membungkuk pada Dian dan Lesha. Tentu Lita tidak, dia tengah duduk bersama yang lain.

Siswa siswi bahkan guru menatap heran kelakuan pimpinan polisi itu. Apa karena Dian anak dari keluarga Argajaya? Itulah yang ada di benak mereka.

"Bawa mereka semua." Ucap Ghaza pada bawahannya.

"Sisakan Dia." Ujar Dian datar.

"Maaf nona, kami diperintahkan membawa semuanya." Ucap Ghaza menyangkal.

"Udah kak, turutin aja. Moodnya lagi turun loh." Ucap Lesha membuat Dian menatap tajam dirinya.

"Lita!" Panggilan itu, tanpa kalimat perintah, tentu Lita sudah paham.

"Hallo!" Sapa Lita tegas.

"Hallo nona!" Balas atasan Ghaza yang bernama Harun.

"Mr. Harus, nona kami ingin menyisakan satu." Ucap Lita yang berhasil membuat satu meja mengernyit tak mengerti.

"Maaf nona Lina. Saya... "

"Bicara sendiri dengannya." Potongnya lantas memberikan ponselnya pada Lesha untuk disalurkan ke Dian.

Lita jelas tak mau dirinya kena imbas, jika dia menyampaikan penolakan Harun.

'Kalian ngomongin apaan si?' Tanya Zarga lirih kepada Lita.

'Kalian lagi main drama ya beb?' Celetuk Kenan lirih membuat Lita menatap tajam, sampai Kenan diam tak berkutik.

Disisi lain Dian tengah berdebat dengan Harun.

"Maaf nona. Prosedurnya akan sulit jika kami meninggalkan satu orang saja." Ucap Harun yang masih pada pendiriannya.

"Jangan menyesal jika ketua ku bertindak." Balas Dian datar yang mampu membuat Harun meneguk salivanya.

"Tap-tapi... "

"Harusnya kau belajar dari yang sebelumnya!" Potong Dian.

"Baiklah nona. Saya lepaskan satu orang."

"Perintahkan pada bawahanmu ini!"

Dian lantas memberikan handphone Lita pada Ghaza.

"Siap laksanakan." Ucap Ghaza tegas membalas perintah Harun.

Sambungan terputus dan Dian langsung mengembalikan handphone Lita pada Lesha.

"Kalau begitu kami permisi nona." Ghaza membungkuk setelah berpamitan.

Haris hanya pasrah. Padahal dalam hati dirinya sudah berdoa agar ikut bersama bawahannya dibawa polisi. Penjara bahkan lebih baik daripada dibawah tahanan lawannya.

Dian Is Fuck Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang