Kriinggg
"Akhirnya!" Seru Dian sambil bergulat layaknya bangun tidur.
"Nyet, lo tadi berangkat sama anak baru?" Tanya Lita.
"Doyan gosip juga ya lo?" Ejek Dian.
"Siapa?" Tanya Lita penasaran.
"Tar juga tau, kantin kuy!" Ajak Dian sambil menyeret satu bed yang terjahit di lengan seragam Lita.
Sampai kantin, seperti biasa keempat siswi yang lama bersahabat itu memisahkan diri dari meja most wanted.
Saat pesanan datang, mata Dian tanpa sengaja menangkap tiga insan yang berjalan memasuki kantin.
Nyeri yang menjalar di dada menyebar ke sekitarnya. Matanya bahkan memanas. Jantungnya pun ikut berdetak tak karuan.
Mengingat akhir-akhir ini, dirinya bisa dikatakan sudah menjadi bucin. Seketika sirna hanya dalam kurun waktu satu malam.
Lita mengusap pelan pundah Dian, berusaha menyemangati sahabatnya itu.
"Sabar Ta." Ujar Zarta ikut menyemangati.
"Lagian kenapa lo liatin doang. Lo bukan sebatas pacaran Na." Celetuk Lesha.
"Iya Ta, lo punya hak buat marah." Tambah Zarta.
"Gue nggak mau malu lagi. Elya aja dia bela, apa lagi Alya."
"Gue bahkan lebih berharap orang kaya Elya yang jadi masa lalu Aska."
¤=¤=¤=¤
Disisi lain, Tiga orang yang baru memasuki kantin bergabung dengan keempat temannya.
'Gila si, Indra berubah gitu ya.'
'Sumpah dia jadi tambah ganteng sering senyum gitu.'
'Kenapa nggak dari dulu aja gitu cerianya tuh.'
'Dingin lebih menantang bro.'
'Sumpah tapi itu gantengnya banged pake d njir.'
Tau dong pasti, ya tentu saja celetuk siswi siswi yang melihat perubahan sikap sang most wanted boy yang terkenal dingin.
Selama bersama Dian pun, Indra hanya menampilkan sikap berbedanya pada Dian. Tapi ini, bahkan hampir setiap saat.
Sampai di meja sahabatnya, Indra duduk diam, tanpa ekspresi datar. Rautnya biasa saja, benar-benar berubah. Berbeda dengan Indri yang sibuk bercerita dengan Alya.
Tiba-tiba Andri bangkit tanpa pamit.
"Mau kemana lo?" Hardik Kenan.
"Ke Tata." Tumben sekali Andri menjadi lebih sensitif.
Mungkin nggak terima adeknya ditelantarin, itulah pikiran Kenan.
"Gue juga!" Seru Andre langsung bangkit menyusul adiknya.
"Gue juga mau ngapelin doi. Bye." Pamit Kenan beranjak menuju meja Dian.
Zarga diam tak bergeming. Dirinya bingung. Mau beralasan duduk bareng Zarta? Terdengar bullshit sekali. Tapi kalau pun disini, kekasihnya terus asik bersama teman masa kecilnya.
Cari aman, Zarga memilih tetap tinggal. Kalau dia nggak gabung bareng meja Dian, kan nggak ada kemungkinan Zarta marah. Toh kalaupun marah bukan karena hal yang terlalu serius.
Berbeda ketika dia berpindah. Ada kemungkinan Indri marah. Dan marahnya Indri bukanlah sesuatu yang bisa Zarga sepelekan, sekalipun itu masalah kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dian Is Fuck Nerd Girl
JugendliteraturDiananta Permata Saputri Argajaya adalah seorang gadis cantik yang merubah penampilannya. Dia merasakan tertarik dengan seorang laki laki. Namun dengan identitasnya yang bisa dikatakan tidak sedikit, membuat dirinya harus berakting dengan beberapa p...