Selamat Membaca
Berjalan santai, menghiraukan tatapan sinis beberapa siswi. Sampai di depan kelas.
"Ehh Ana, baru sampe juga?" Sapa Lexi, lebih tepatnya si tanya. Gue cuma senyum biasa.
"Yuk masuk!" Ajaknya dan gue diam berdiri mempersilahkan dia buat jalan duluan.
Baru selangkah gue masuk, tas gue langsung ditahan. Gue berbalik dan...
"Morning my maid." Sapaan ejek itu keluar dari bibir Ben. Gue cuma menghela nafas kasar.
"Berani beraninya lo mendengus di depan gue." Teriaknya sambil mengambil ancang ancang buat nampar gue.
Sebelum telapak tangan itu mendarat di pipi cantik gue, tubuh gue reflek berjongkok.
Plak
Jelas bukan pipi gue yang jadi landasan telapak tangan Ben. Ben dan gue mendelik.
"Leola." Reflek Ben berteriak melihat siapa yang ia tampar.
"Maaf dek, gue nggak sengaja." ujarnya merasa bersalah.
Leola hanya memegang pipi panasnya dan menatap sinis gue dan Ben. Gue yang ditatap sinis cuma mengangkat sebelah alis.
Dia kemudian beranjak pergi. Bersamaan dengan itu, Ben langsung natap tajam gue.
"Gara-gara lo tau nggak, ..." Gue memotong Ben yang meng-klaim gue sebagai dalang kesalahan.
"Ssttt" suara gue keluar seraya menempelkan telunjuk di bibir.
"Itu baru adik anda, tuan muda Retto." Kalimat gue selesai bersamaan dengan bel yang berbunyi.
" Diam lo." Peringatnya sambil memegang leher gue kasar, tak lupa tangan lainnya yang menunjuk wajah gue.
"Lo tau apa tentang hidup gue? siapa lo hah? Inget baik baik, lo pelayan gue. Nama tuan lo itu BENEDIT DATERRA. paham lo?" Belum gue jawab, udah dilerai guru.
"Ehh apa apaan kamu Ben, kembali ke kelasmu."
Masih ingat keluarga Daterra?
Right, keluarga yang memiliki tambang terbesar itu. Keluarga sahabat gue, inget kan?
Ben pergi sebelum menatap nyalang gue. Gue pun berdecak sebal.
"Kamu tidak terluka Ana?" Tanya guru itu khawatir, dan gue cuma geleng kepala.
¤=¤=¤=¤=¤=¤=¤=¤=¤=¤=¤=¤=¤=¤
Kriingggg
Bunyi bel istirahat menggema dengan lancang. Membuat para guru menghentikan aktifitasnya dan segera kembali ke ruangannya.
Ruang guru bukan hanya ada satu. Karena ruang guru di AHS diatur sesuai mata pelajaran.
Guru Matematika memiliki ruangan sendiri, begitupun dengan guru mata pelajaran lainnya. Jadi satu ruangan biasanya dihuni dua atau tiga guru.
Tak jauh berbeda dengan guru, para siswa pun melakukan hal yang sama. Hanya saja di tempat yang berbeda pastinya.
'Nona, segera pergi dari kelas, Ben tengah menuju kelas anda.' Suara itu berasal dari singa gue yang ada di kelas Ben.
Yap, alat-alat ini udah gue pasang dalam perjalanan menuju kelas tadi pagi.
'huruf a, huruf b, bantu Heri tangani Ben.' Instruksi gue ke dua anak baru dari tim huruf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dian Is Fuck Nerd Girl
Teen FictionDiananta Permata Saputri Argajaya adalah seorang gadis cantik yang merubah penampilannya. Dia merasakan tertarik dengan seorang laki laki. Namun dengan identitasnya yang bisa dikatakan tidak sedikit, membuat dirinya harus berakting dengan beberapa p...