14. Fakta

185 8 0
                                    

Selamat Membaca

Tok Tok Tok

Tak ada sautan dari dalam.

Satu satunya pintu yang berbeda di lantai tiga. Semua pintu berwarna putih, hanya ini yang berwarna abu-abu.

'gue nggak salah kan ya kalo langsung masuk?" tanya gue dalam hati.

Cklek

'nggak dikunci' lanjut gue dalam hati.

'wow' gumam gue dan kembali menutup pintu setelah masuk.

Langkah gue menelusuri ruangan, menatap lukisan dan beberapa foto yang terpajang.

'ehh dimana dia?' gumam gue bertanya.

Cklek

Terdengar suara pintu yang terbuka. Pandangan gue mengarah ke pintu masuk, namun masih tertutup, begitu pula dengan pintu yang lain.

"Aaakh" Ringisan tertahan itu seperti magnet buat gue.

Suaranya berasal dari pintu yang gue tebak si kamar mandi. Gue langsung buka. Dan

"Aska lo kenapa?" Tanya gue yang rada panik, sampe nggak sadar kalo dia telanjang dada.

"Ngapain lo disini?"

Yap, gue dari tadi nyelonong ke kamarnya Aska

"Luka lo kenapa? obatin dulu. Kalo kena air pasti perih." Tanya gue yang sebenernya udah gue tau jawabannya.

"Gausah, keluar lo."

Seolah ucapannya adalah angin lewat, gue langsung narik tangan dia.

"Ngapain sih lo, perih tangan gue yang lo pegang." Ucapnya mengaduh.

"Ehh sorry. Tapi kita obatin dulu. Nurut sekali aja susah banget si." Ucap gue sambil narik tangannya lagi, tetapi di bagian yg lain.

"Kotak obatnya dimana?" Tanya gue setelah mendudukan dia di sofa kamar.

Jawaban dia cuma pake dagu, yang diarahkan ke sudut ruangan.

"Kenapa?" Tanya gue lagi sambil ngobatin lukanya di punggung.

Pertanyaan itu mewakili rasanya khawatir dan kasian gue.

Bukannya jawab, dia malah balik badan deketin mukanya ke muka gue. Otomatis gue memalingkan wajah ke sisi kanan.

"Ngapain lo?" Pertanyaan itu lolos keluar dari bibir gue. Mata gue pun ngelirik dia untuk memastikan.

"Lo nggak suka kan sama gue?"

Deg

Rasa nyeri di dada, untuk yang kesekian kalinya datang kembali.

Tak lama gue langsung tersenyum mengejek, seolah pertanyaannya memiliki jawaban kalo gue nggak suka. Dia pasti tau itu.

Gue berdiri, lantas duduk dipangkuannya.

"Kalo gue suka sama lo gimana?" Tanya gue seraya melingkarkan kedua tangan di lehernya.

Dengan sigap, dia mindahin badan gue biar duduk disebelahnya.

"Bagus deh kalo lo nggak suka sama gue." Balasnya yang mungkin udah paham kalo gue bercanda.

"Ck" Gue cuma berdecik membalas jawabannya.

"Kamar lo, satu satunya ruangan yang paling beda yah? Diluar mewah semua, disini elegan. Maskulin lagi, duh gue betah nih disini. Atau gue nginep sini aja ya?" Canda gue ke Aska yang lagi ngobatin luka di perutnya.

Dian Is Fuck Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang