56. DIFNG

94 2 0
                                    

Suara tembakan terus menggema, bukan hanya manusia yang menjadi korban, tetapi juga pepohonan dan benda mati di sekitarnya. Sudah hampir setengah hari berlalu, namun pertikaian besar ini tak kunjung mereda.

Pasukan dari kedua kubu terus bertambah, seolah masing-masing kubu sudah mempersiapkan stok tak terbatas. Kedua kubu itu adalah KristalBlue dan GoldDiamond.

Kedua pertikaian kubu itu dipimpin oleh ketua masing-masing. Darah menjadi pemandangan, bau anyir pun tak dihiraukan, bahkan suara peluru serta perseteruan dua perisai menjadi latar suara. Fokus pada aktivitas, seakan semua yang terjadi adalah hal biasa.

Disisi lain, Dian saat ini tengah menelusuri markas GoldDiamond. Oh benar, pertikaian dua kubu itu memang terjadi di markas GoldDiamond. Karena pertikaian ini memang berawal dari KristalBlue. Tujuannya tentu merebut kembali apa yang sudah dicuri. Dian juga dibantu Lesha dan Lita yang sudah berkeliaran mencari ruangan sang ketua.

Seorang anggota berlari entah kemana, membuat Dian kaget dibuatnya. Dia masuk ke satu ruangan dimana seisinya nampak mewah dan luas. Ternyata ada dua ruangan di dalamnya yang hanya dibatasi oleh lemari besar.

Nampaknya ruangan yang Dian masuki adalah ruangan bersantai, sedangkan yang di sebelahnya adalah ruang rapat. Perabotan seisi ruangan yang membuat Dian menyimpulkan ruangan ini.

Ternyata GoldDiamond masih sempat rapat di tengah penyerangan seperti ini. Sepertinya pertahanan mereka memang sudah dipersiapkan dengan sangat matang. Jadi mereka bisa rapat dengan tenang seperti sekarang.

Baru saja Dian mengendap hendak menguping, seseorang masuk ruang rapat. Posisi pintu ruang rapat memang cenderung lebih dekat dengan ruang bersantai, sehingga mengharuskan Dian bersembunyi di satu tempat.

Lemari pembatas adalah sasarannya, di bagian pinggir tersedia space yang cukup untuk menampung tubuhnya. Sembari ia menunggu datangnya bantuan dari Lita dan Lesha, Dian memasang fungsi pendengarannya dengan baik untuk mendengar apa yang mereka diskusikan.

Raganya kaget bukan main, mendengar mereka berhasil mengetahui kata sandi dan membuka handphone miliknya. Perbandingan lawan yang kalah telak membuat dirinya hanya bisa diam tak mencegah.

Di sana, kurang lebih sepuluh orang yang Dian yakini adalah petinggi GoldDiamond. Tentu saja kemampuanya tak bisa diremehkan. Dia hanya berharap kedua sahabatnya segera datang dan membantu mencegah mereka mengetahui segala isi handphone miliknya.

Sudah hampir setengah isi handphone berhasil dijabarkan. Dian tak lagi kuasa menunggu kedua sahabatnya. Dia memberanikan diri untuk menyerang seorang diri.

"Don't use anythings that are not yours!" Ucap Dian lantang.

Semua mata tertuju padanya tanpa kecuali. Tidak merasa kaget pun tidak merasa takut. Seolah kedatangan Dian bukanlah ancaman besar. Tentu saja, Dian seorang diri sedangkan mereka ada sepuluh, bahkan lebih.

"What are you doing here, Nona Disa?" Tanya sang ketua GoldDiamond yang Dian ketahui namanya adalah Matt.

Meskipun air muka Matt tampak datar dan tenang, namun dalam pikiranya penuh kewaspadaan. Dia tahu betul, Dian tak mungkin sendirian menyelinap masuk markasnya.

Benar dugaan Matt, Lita dan Lesha datang mendobrak pintu. Di tangan keduanya menggenggam senjata api yang siap diluncurkan kapan saja.

Dian Is Fuck Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang