21: The Declaration

2.9K 346 146
                                    

Sebagaimana Rosé, Sehun sama gugupnya.

Kedua tangannya yang bertengger manis di kedua sisi wajah Rosé mungkin saja gemetar, dan ia berupaya keras untuk meredamnya. Sosok Rosé yang telah memejamkan semakin membuat dada Sehun berdebar-debar tak terkendali. Turut membuatnya tak mampu mengendalikan pergerakan hingga ia merasa seolah ada yang mendorong kepalanya menuju gadis itu; menepis jarak wajah di antara mereka yang tak seberapa.

Mendadak, segalanya menjadi kabur, kecuali sepasang bibi manis yang menanti dikecup. Dan, suara degup jantung Sehun seolah mampu menyaingi pekikan para manusia di tempat itu. Dengan mata yang masih terbuka sempurna, pun kesadaran yang jelas masih ada, benak Sehun berbisik bahwa mencium Rosé adalah sesuatu yang melewati batas, meski ia sangat ingin.

Maka, bibirnya yang nyaris menyentuh bibir yang malam ini menjadi yang paling manis sedunia, Sehun berhenti di sana dan memilih sebatas mendaratkan kecupan hangat di kening gadis palsunya. Memejamkan mata, ia pertahankan sebentuk tingkah bodoh itu beberapa saat guna menikmati sensasi hangat yang menjalari relung-relung hati.

Sedang Rosé, ujung gaun gadis itu telah kusut oleh sebab kedua jemari yang meremasnya tak beradab. Kecupan Sehun di keningnya nyaris merenggut penuh kewarasan, hingga sebuah keinginan konyol mendadak tumbuh tanpa ditanam. Rosé ingin menghentikan waktu barang sejenak saja, kalau bisa.

Tiba-tiba saja gadis itu merasa sedikit hampa, banyak kecewanya saat Sehun mengakhiri momen itu; menjauhkan wajah dan meniti sedikit jarak. Namun, senyum tipis Sehun yang nampak pertama kali usai Rosé membuka mata, pun sebuah usapan lembut di kepalanya dari tangan kekar pria itu seketika mampu membuyarkan rasa kecewa yang sempat ia rasa, menggantinya lagi dengan sejumlah kehangatan yang menyelimuti jiwa.

"Aw, kalian manis sekali." Pekikan Jisoo terdengar. Diangguki oleh rekanannya yang lain.

"It's so gentleman." Jennie menanggapi.

"Gentleman apanya? Sehun pengecut! Masa hanya cium kening. Cium bibir dong biar pro!" seruan Kai dihadiahi dengan tatapan tajam para gadis-gadis, dan geplakan pelan dari tangan Kyungsoo.

Yang lain hanya tertawa, turut mengamini Sehun yang terkesan pengecut di mata para membernya.

Siapa peduli dan siapa yang tahu? Sehun hanya tak bisa membenarkan hal yang Kai sebut dengan 'pro'. Maka, ia hanya tertunduk dan menggaruk kepala yang tak gatal sama sekali seperti orang idiot. Dan, sedikit terkesiap begitu merasakan tangan lain mengusap rambutnya.

Menegakan lagi kepalanya, Sehun dihadapkan dengan sosok Rosé yang berucap lembut, "rambutmu banyak tepungnya."

Senyum kecil Sehun berikan, membiarkan Rosé menyingkirkan sisa tepung di rambutnya, sesekali ia melirik pada Kai dan Kyungsoo si biang kerok yang tadi melemparinya dengan serbuk putih itu. Kyungsoo nampak acuh tak acuh, bersiul dengan pandangan yang mengarah ke langit-langit restoran seperti sedang mencari cicak. Sedang Kai tak segan untuk menjulurkan lidahnya, mengejek.

Kini, semua orang duduk melingkari meja persegi panjang; mulai melaksanakan kegiatan yang biasa dilakukan orang-orang saat merayakan ulang tahun. Sebuah kue berukuran sedang telah ada di hadapan Sehun beserta beberapa lilin yang ada di atasnya. Memejamkan mata dan memanjatkan doa adalah kegiatan Sehun yang mengundang keheningan selama beberapa saat.

Ada banyak hal yang Sehun semogakan di hari spesialnya itu. Berkenaan dengan kebaikan untuk diri sendiri, keluarga, dan grupnya. Dan, kali pertama, di samping untuk orang-orang itu, Sehun menguntai satu nama lagi dalam doanya.

FAKE: The Scandal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang