48: Save The Date

2.2K 252 28
                                    



Langit Melbourne pagi itu nampak cerah. Ramalan cuaca mengatakan, hujan akan turun siang atau barangkali malam nanti. Sepertinya Tuhan memberkati para insani yang hendak melaksanakan ibadah kebaktian di hari minggu ini, sebagaimana keluarga pemilik rumah bernuansa merah bata bertabur putih yang kini tengah sibuk menata diri hendak mengunjungi gereja terdekat.

Pakaian sopan dan rapi melekati tubuh masing-masing dari mereka. Rosé siap dengan atasan lengan panjang biru bercorak bebungaan dipadu rok pendek hitam. Gadis itu berjalan pelan menuju kamar Sehun yang masih rapat tertutup bersama nampan berisi susu putih dan roti isi sebagai menu sarapan sebab tadi Sehun bangun sedikit lebih lambat dari yang lain dan tidak mengikuti sesi sarapan bersama keluarga Rosé. Tak mengapa, semua orang memakluminya yang barangkali kelelahan setelah jam perjalanan panjang tempo hari.

Tiga kali ketukan Rosé labuhkan pada pintu sampai akhirnya terbuka, sosok Sehun muncul dengan sweater panjang putih tulang menutupi leher dan celana bahan coklat pudar. Aroma wangi menguak dari tubuh pria itu. Wajah segar dan rambut yang masih setengah basah menjadi asupan manis bagi penglihatan Rosé. Ditambah lagi senyuman hangat Sehun yang seakan menambah kadar pesona yang terpancar dari sosoknya.

"Oppa, sarapanmu." Rosé mengangkat sedikit lebih tinggi nampan dalam genggaman.

Duduk di atas ranjang, Sehun menyantap sepotong roti cukup lahap. Sementara Rosé berdiri di tepian ranjang, tengah sibuk berkutat dengan alat pengering rambut guna mengeringkan rambut Sehun, berikut menyisir dan menatanya hingga sedemikian rupa rapi dengan sedikit baluran pomade. Sehun tersenyum di tengah aksi mengunyahnya menyadari ternyata gadis yang kini berstatus sebagai calon istrinya itu punya kemampuan tak diragukan.

Menunduk dan sedikit menyentuh anakan rambut Sehun, tanpa sengaja dua mata mereka bertemu di satu titik pandang sebelum masing-masing dari mereka menguntai senyum untuk satu sama lain. Rosé tersentak sedikit ketika pinggangnya tiba-tiba ditarik oleh Sehun yang kini mendongak. "Lihat aku!"

Mengerjap dua kali Rosé bertanya, "Ada apa?"

Sehun menatap ke dalam dua bola mata Rosé lamat-lamat seolah sedang mengamati bayangan wajahnya yang tercetak di sana. "Apa aku terlihat cukup tampan?"

Sepasang sudut bibir Rosé terangkat tak mampu menahan gelak mendengar pertanyaan konyol Sehun. Dalam hati ia menjawab telak bahwa siapapun tahu ketampanan pria itu adalah hal mutlak. Namun alih-alih berkata demikian, Rosé dengan iseng justru melempar tanya, "Oppa sangat ingin tahu jawabannya?"

Sehun mengangguk cepat. Rosé lantas menggeser posisi, tetapi masih tak terlepas dari kukungan lengan kekar Sehun. Sebuah cermin besar lemari kini menghadap mereka pula mematut bayangan keduanya dengan sempurna. "Coba tanyakan pada cermin itu!" Rosé memerintah.

Sejenak mengikuti arah pandang Rosé, Sehun mengerutkan dahi. "Tanya bagaimana?"

Satu tangan Rosé membelai pelan wajah Sehun. Tersenyum lalu mencontohkan bagaimana semestinya Sehun bertanya, "Cermin, siapa yang paling tampan di dunia ini? Coba tanyakan seperti itu!"

Tertawa kecil oleh kekonyolan yang Rosé buat di pagi hari, Sehun lantas menuruti. Ia memandang bayangan pada cermin di sana sembari mulutnya merapalkan persis sama seperti ucapan Rosé barusan. "Cermin, siapa yang paling tampan di dunia ini?"

Sejenak menghening.

"Oh Sehun." Hingga suara lembut Rosé menyapa. Kembali Sehun terseret untuk mendongak dan memandang gadis itu keheranan. Rosé menunduk menjatuhkan tatap pada Sehun dan sekali lagi menjawab, "Laki-laki tertampan di dunia ini adalah Oh Sehun."

FAKE: The Scandal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang