Bali.
Nama kota itu jelas tak pernah terlintas di benak Rosé untuk ia kunjungi sesegara ini.
Namun, apa boleh buat ketika sebuah kesempatan membentang seluas semudera di hadapannya. Jaehyun yang menawarkan dan bertepatan dengan itu, Rosé diberikan kelonggaran agensi untuk mengambil cuti beberapa hari sebelum fokus menekuni proyek solonya nanti. Yang paling penting adalah Rosé butuh sejenak pelarian dari belenggu rasa yang tak terdefinisi usai menerima kenyataan bahwa pria yang ia cintai telah bersama orang lain.
Menghabiskan waktu selama beberapa hari, tak banyak kegiatan yang Rosé lakukan di Bali. Menikmati layanan spa di sebuah resort yang bersambungan dengan pesisir pantai atau mencicipi hidangan di restoran sambil menikmati tenggelamnya sang surya ke peraduan dan menyisakan segelintir jingga pada langit Indonesia.
Sebab siang hari terlalu panas dan menimbulkan rasa malas untuk sekedar menapak kaki keluar resort, Rosé kerap kali memilih mengunjungi bilik kamar Jaehyun untuk sekedar mengamati kasak-kusuk manusia-manusia di luar sana lewat kaca jendela lebar sambil mendengarkan playlist lagu-lagu milik pria itu atau barangkali menonton serial drama.
Siang ini pun begitu. Ia kembali berkunjung dan menemukan pria itu masih terlelap di balik sebuah silimut yang tersingkap, menampilkan punggung lebar polos tanpa atasan sebab Jaehyun tidur dalam posisi tengkurap.
Meski sempat dibuat terkesiap saat masuk ke kamar Jaehyun yang tak terkunci dan mendapati kondisi Jaehyun yang demikian, Rosé memutuskan tak hendak peduli banyak. Ia menghampiri dengan langkah senormal biasa, menyibak tirai kamar hingga sinar mentari dengan sempurna menerpa ruang sekaligus mengusik ketenangan tidur Jaehyun di sana.
"Rosé! Tutup!" Jaehyun memerintah, tanpa sekalipun berniat membuka mata. Namun, Jaehyun seperti sudah tahu pasti adanya Rosé di sana.
Tak juga menuruti titah pria itu, Rosé mengambil posisi duduk meluruskan kakinya di satu sisi ranjang bersebelahan dengan Jaehyun usai menyambar toples berisi kue kering di atas nakas dan memakannya dengan rakus.
"Rosé!"
Suara berat Jaehyun kembali mengudara masih dengan kondisi serupa sebelumnya, tak beranjak barang sejengkalpun. "Apa?" Gadis itu menjawab asal.
"Tutup tirainya!"
"Tidak mau. Malas berjalan."
Usai Rosé menimpali dengan nada sebegitu menyesalkan, tak ada lagi jawaban dari Jaehyun. Meski demikian, Rosé merasa tak cukup tega melihat paparan sinar matahari yang cukup menyengat mengenai punggung polos Jaehyun. Tangan gadis itu pun mulai terulur, menaikan helaian selimut menutupi keseluruhan tubuh Jaehyun di sana. Lalu terkekeh kecil memikirkan Jaehyun yang mungkin akan kesulitan bernapas karena itu.
Benar. Tak lama kemudian, selimut disibak lagi, Jaehyun memunculkan wajahnya dengan dua bola mata yang telah terbuka sempurna; memandang Rosé yang tengah menekuni aktivitas menguyah kue kering agak rakus sambil memainkan ponsel.
"Lapar?" Jaehyun bertanya, sempat menghambat kegiatan Rosé sebab gadis itu memilih melemparkan tatap beberapa detik sambil mengangguk.
Beranjak mendudukan diri dan mengusap wajah kusutnya, Jaehyun menimpali, "Aku juga."
Ia lantas menyambar toples kue kering di tangan Rosé dan membuat gadis itu setengah mendengus, tetapi memilih diam sebab ia tengah mencoba fokus membalas pesan singkat dari para rekannya. Ia tak banyak protes ketika sebuah kue kering tersodor dari jemari Jaehyun ke hadapan mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE: The Scandal [END]
Fiksi PenggemarSkandal Palsu sebagai pengalihan isu sudah bukan hal yang tabu lagi. Sehun dan Rose adalah sepasang Idol yang dituntut agensi mereka untuk menandatangani sebuah kontrak dengan ketentuan: 1. Melakukan kencan rekaan untuk dijadikan sebagai bukti skan...