51: Trough Every Seasons

5.4K 277 25
                                    

[perhatian: part ini mengandung konten yang ditujukan untuk pembaca dengan usia di atas 18 tahun. mohon bijaklah terhadap diri anda]

---

Petang masih menemani dua insani yang terlelap saling mendekap di dalam ruangan berselimut sunyi. Vinyl di atas turntable telah berhenti berputar, musik jazz tak lagi mengalun, sama halnya mereka yang tak lagi bersuara. Dua lampu tidur di nakas pun telah dipadamkan.

Dentangan waktu merambat pelan menjemput fajar. Mentari di ufuk timur beranjak naik, semburat sinarnya sedikit menyusup kaca jendela dengan tirai biru muda yang tebalnya tak seberapa. Mengusik tidur sosok pria yang baru saja melewati malam bertabur kenikmatan.

Pemandangan terindah serupa wajah cantik seorang wanita yang damai dalam lelapnya menyapa Sehun tatkala dua bola mata pria itu terbuka. Elok dan bersinar tatkala cahaya mentari menjadikan permukaan kulit halus wanita itu sebagai tempatnya membias. Kalau Sehun boleh mengakui, ia merasa seperti sedang bermimpi. Memiliki wanita yang teramat dicintainya dengan utuh, apa yang lebih membahagiakan dari itu? Tidak ada.

Tak hendak membiarkan tidur wanitanya terusik, Sehun mengubah posisi terlentang menjadi miring, memasang punggung polosnya guna menghalau terpaan sinar mentari dari mengenai wajah Rose. Bersama jemari yang terulur menyingkirkan helaian surai hitam milik wanita itu, dua sudut bibir Sehun terangkat membentuk lengkungan.

Beberapa saat kemudian, Sehun memutuskan untuk beranjak membenahi dirinya, membasuh tubuh serta menyiapkan menu sarapan. Saat mengunjungi kamar sambil membawa segelas susu, ia melihat Rose masih terlelap. Barangkali kelelahan, Sehun memaklumi. Malah justru pria itu turut kembali membaringkan diri, membenarkaan selimut yang menutupi tubuh polos sang istri, lalu mendekap dan sesekali mendaratkan beberapa kecupan di permukaan kulit halus punggung Rose di sana.

Tingkah laku Sehun membuat wanita itu terjaga. Rose membuka mata dan mendapati sebuah lengan kokoh memeluknya. Ia merasakan pula kehangatan napas seseorang menyapa sekujur leher dan punggung. Menggerakan kepala dan memutar posisi tubuh, pandangan Rose kini jatuh tepat pada wajah tampan yang nampak segar pagi ini.

"Apa aku mengganggu tidurmu, sayang?" Sehun bertanya lembut seraya melabuhkan usapan pelan pada lengan Rose yang tersenyum tipis menanggapi.

"Oppa sudah mandi?" Suara sedikit serak Rose mengudara, satu pertanyaan yang semestinya tak butuh jawaban dan Sehun hanya balas tersenyum sedemikian manis. "Mengapa tidak membangunkanku?" Rose bertanya lagi dengan bibir yang sedikit mengerucut. Ia merasa tidak becus melayani di hari ketiganya menjadi seorang istri.

"Kau sepertinya butuh banyak istirahat. Aku tidak tega membangunkanmu." Sentuhan Sehun kini bergeser pada puncak kepala Rose seraya matanya meneliti wajah wanita itu. "Lagipula, kau terlihat sepuluh kali lebih cantik saat tertidur," tukasnya lagi membuat semburat rona menjajaki wajah Rose pasti.

"Dasar tukang gombal."

Tawa Sehun mengudara sesaat setelah Rose memberikan sebentuk kalimat cibiran. Sedang Rose menutupi wajahnya dengan telapak tangan sembari mengoceh, "Aku tahu diriku pasti terlihat sangat jelek. Apalagi saat bangun tidur begini."

"Hei, mana ada seperti itu." Sehun menyingkirkan pelan tangan Rose dari menghalangi dirinya memandang wajah wanita itu. "Kamu cantik dalam keadaan apapun," ucapnya begitu lembut sebelum mendaratkan sebuah kecupan di pipi bulat Rose untuk kemudian berbisik, "Dan, aku sangat mencintaimu."

Untuk kesekian kalinya, Rose merasakan hatinya luluh mendengar setiap perkataan yang keluar dari mulut Sehun. Dan, Rose mengklaim bahwa tiada yang lebih manis dari itu. Ia kini berupaya menyembunyikan wajahnya yang bersemu.

FAKE: The Scandal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang