16: Coffee is Waiting

2.6K 332 153
                                    

Mentup pintu dormnya pelan-pelan, seakan kesedihannya menguras habis tenaga dan membuatnya lemas seketika, Rosé duduk bersimpuh dengan kepala yang tertunduk membuat rambutnya menjuntai ke depan dan menutupi wajahnya yang sembab.

Ia tak menduga, bahwa Sehun seegois itu: tak mempermasalahkan dirinya yang memberitahukan kontrak kerja mereka pada Irene, tetapi begitu marah jika Rosé memberitahukannya pada Jaehyun. Tidak. Nyatanya Rosé tak pernah melakukan hal itu semarah apapun ia pada Sehun. Lalu siapa?

Jaehyun diberitahu oleh siapa?

Pertanyaan itu melabuhkan diri di dalam otak Rosé seketika. Entah bagaimana nama seseorang melintas begitu saja menimbulkan sebuah asumsi.

Irene.

Rosé tersenyum perih, mengingat bagaimana Irene memandang remeh dirinya, bahkan tak segan mengatainya tak profesional. Dari situ Rosé tahu bahwa Irene memang tak menyukainya. Jelas, gadis yang usianya terpaut beberapa tahun darinya itu menyukai Sehun.

"Chaeng—"

Suara parau seseorang terdengar, Rosé menengok. Sosok Lisa keluar dari kamarnya dengan kondisi setengah mengantuk, mengucek-ucek mata kanannya dan berjalan pelan menghampiri Rosé yang bersimpuh di depan pintu dorm. Buru-buru Rosé bangkit, menyeka sisa air matanya agar tak terlihat oleh Lisa.

Namun, percuma karena kesadaran Lisa datang lebih cepat dari yang ia kira. Gadis itu bertanya khawatir, "Kamu menangis?"

Rosé menggeleng pelan dan berupaya tersenyum, tetapi jelas Lisa tak akan diam hanya karena itu. Ia mengamati Rosé lekat-lekat, meraih kedua lengannya dan menilik beberapa bagian untuk memastikan gadis itu tak terluka sedikitpun, lalu menghela nafas pelan.

Kembali Rosé tersenyum, jelas saja tak ada luka yang nampak sebab yang terluka bukanlah bagian tubuh manapun, terkecuali hatinya.

"Sehun Oppa mana? Dia tidak mengantarmu pulang?" Sambil membuka tirai jendela dan melongok keluar, Lisa bertanya-tanya. Rosé sangat ingin berlalu begitu saja tetapi tangan kanan Lisa masih enggan melepaskan genggaman pada lengannya.

"Dia sudah pulang." Lemah, Rosé menjawab. Lisa kembali fokus padanya, seakan tahu bahwa permasalahan antara Rosé dan Sehun belum usai, ia menangkupkan kedua tangan di wajah Rosé dan bertanya serius, "Sehun Oppa membuatmu menangis lagi?"

Rosé menggeleng pelan dan membuang pandang. "Jawablah dengan jujur, Chaeng! Aku akan datang padanya dan mengobrak-abrik dorm-nya. Kalau perlu aku akan memukul wajahnya lalu menendang 'anunya' biar dia jera."

Lisa bicara dengan kegeraman yang sudah di ubun-ubun. Wajahnya tak segan menampilkan mimik seram, dengan mata melotot tajam dan ujung bibir yang berkedut. Kendati ia berteman dekat dengan Sehun, Ia tetap tak terima Rosé dibuat begini rapuh.

Tak ada yang bisa Rosé lakukan selain diam dan memandang Lisa haru. Ternyata di antara banyak manusia keji yang Rosé temui, ada Lisa yang sebegitu perduli. Jika sudah demikian, rasanya Rosé tak bisa menahan diri lagi untuk tetap bersikap seolah ia baik-baik saja. Kepalanya tertunduk tatkala kedua bola matanya terasa panas dan kembali mengucurkan sejumlah air dari sana.

Melihat bahu Rosé yang terguncang, Lisa buru-buru memeluknya. Rosé bisa mendengar gadis itu berkali-kali memaki-maki Sehun. "Dasar laki-laki kardus!!!"

"Ada apa, Lis?"

Suara Jennie menginterupsi sebab Lisa bersuara kelewat keras dan mengganggu tidur gadis itu. Jisoo di balik Jennie juga turut memandang penuh tanya. Keadaan mereka tak jauh beda dari saat Lisa mendapati Rosé pertama kali, sama-sama terkejut.

FAKE: The Scandal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang