Semusim berlalu.
Tiada lagi salju menjelang pertengahan Maret. Yang ada adalah bunga magnolia yang bermekaran, kelopaknya berjatuhan menimpa aspal jalanan, beberapa dari mereka bertebangan tertiup angin musim semi.
Pagi-pagi sekali, mobil Jaehyun telah berjibaku dengan kendaraan-kendaraan lain di jalan sekitar Sungai Han. Berhenti di pelataran sebuah gedung apartemen yang mana juga merupakan asrama milik grup idol wanita ternama, laki-laki berpakaian kasual dengan kaos putih dan jaket sewarna kayu dipadu celana jeans itu mengoperasikan ponselnya guna menghubungi seseorang dan mengabarkan bahwasnya ia telah sampai.
Tak butuh waktu lama untuk menunggu. Beberapa menit kemudian, seorang gadis yang berpenampilan sama kasualnya dengan Jaehyun berjalan mendekat. Di punggung gadis itu ada sebuah tas besar berisi peralatan berkemah, seperti tenda dan seperangkatnya.
Jaehyun tersenyum keluar dari mobil, lalu segera membuka bagasi dan membantu gadis itu memasukan tas besarnya ke dalam sana. Kini keduanya telah duduk di dalam mobil dengan sabuk pengaman yang mengunci tubuh masing-masing.
Sejenak Jaehyun menatap Rosé, "Sudah siap?"
Gadis itu mengangguk semangat. Jaehyun mengembangkan lagi seutas senyum berikut ia melabuhkan sentuhan di puncak kepala Rosé sebelum akhirnya fokus mengemudi.
Mereka akan berangkat menuju salah satu puncak gunung. Memang, dahulu beberapa kali Rosé dan Jaehyun mengambil waktu di sela-sela jadwal kosong mereka untuk mendaki. Dan, keduanya kembali berkesempatan untuk mengulang momen yang sama di hari ini.
"Sini!" Jaehyun mengulurkan tangan membantu Rosé yang kesulitan merangkaki jalanan terjal penuh bebatuan. Gadis itu menyambut tanpa segan. Barangkali nyaris sepanjang pendakian, dua tangan insani itu saling menggenggam. Sekali waktu, Jaehyun tak keberatan untuk membawakan tas besar milik Rosé dan memijat tungkak gadis itu saat keduanya beristirahat di tengah perjalanan.
Perjalanan menuju puncak selama kurang lebih dua jam telah terbayarkan oleh indahnya pemandangan yang terhampar di bawah sana. Rosé memekik kegirangan kala sampai di puncak, sesekali melompat-lompat senang. Kala itu hari nyaris menjemput senja. Lampu-lampu perumahan telah dinyalakan sehingga menjelma selayaknya taburan bintang.
Jaehyun tersenyum kecil memandangi wajah cerah Rosé yang masih nampak begitu cantik meski terselimuti letih. Usai mendirikan dua tenda dan juga membuat perapian, keduanya kini duduk di atas sebuah karpet beralaskan rerumputan seraya menikmati mentari yang hendak pergi menuju peraduan.
Langit menghitam tanda hari merambat petang. Jaehyun kembali mendudukan dirinya di samping Rosé seraya menyodorkan secangkir kopi pada gadis itu. "Terima kasih, Jae." Rosé berucap manis.
Jaehyun hanya tersenyum menanggapi, lalu meminum kopi miliknya. Angin berhembus menggelitik permukaan kulit. Posisi memeluk lutut adalah yang paling nyaman untuk menghalau rasa dingin selain duduk di depan perapian. Mengarahkan pandang padi batang kayu yang berangsur habis dilalap api, Rosé dan Jaehyun tertimpa keheningan.
Sampai akhirnya Rosé mengeluarkan ponsel dari saku kardigannya. "Mau berfoto bersama?" ia mengajukan pertanyaan setelah beberapa kali mengambil potret pemandangan sekitar.
"Boleh." Jaehyun menanggapi. Ia meletakan cangkir di atas karpet, sebelum akhirnya merapatkan diri pada Rosé agar wajah mereka dapat dimuat di satu layar yang sama. Rosé telah mengangkat ponsel tinggi-tinggi, ibu jarinya bersiap memencet tombol capture.
"Satu ... dua ... tiga!"
Aba-aba dari gadis itu terdengar. Jaehyun telah siaga dengan senyum yang sekaligus memunculkan sepasang dimpel di kedua pipinya. Rosé pun sama halnya pria itu, tersenyum meski tak semanis Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE: The Scandal [END]
Fiksi PenggemarSkandal Palsu sebagai pengalihan isu sudah bukan hal yang tabu lagi. Sehun dan Rose adalah sepasang Idol yang dituntut agensi mereka untuk menandatangani sebuah kontrak dengan ketentuan: 1. Melakukan kencan rekaan untuk dijadikan sebagai bukti skan...