Denting jarum jam adalah satu-satunya suara yang tersisa, dan kesunyian telah menyapa ruang tengah sebuah apartemen bernuansa putih gading itu sejak beberapa saat yang lalu.
Masih dengan posisi tubuh yang sama sekali tak berjarak, Rosé bertahan di balik kukungan lengan kekar Sehun. Bersama itu, kenyamanan menggelayut, turut menghantarkannya pada lelap sebagaimana Sehun saat itu.
Di kala hari nyaris fajar, Sehun terbangun. Sedikit terkesiap awalnya mendapati dirinya tidur dalam keadaan memeluk Rosé. Lalu, momen semalam hadir menyapa ingatan, memunculkan lagi senyum kecil yang semakin enggan tanggal ketika merasakan satu lengan Rosé melingkari pinggangnya. Memang, awalnya semalam itu ia hanya berniat mengistirahatkan badan yang penat sejanak. Ia tak menduga, jikalau dirinya akan berakhir terlelap berjam-jam dengan posisi demikian.
Semestinya tak sejauh ini. Sehun jelas sadar, tetapi semakin lama perasaannya tumbuh kian liar di dalam sana. Jantungnya kini berdebar tatkala ia menunduk, memandang wajah damai Rosé yang terpejam. Satu tangannya mulai bergerak tanpa kehendak, menyingkirkan helaian rambut gadis itu dan berakhir mengusap lembut pucuknya.
Memutuskan untuk beranjak pelan-pelan, Sehun membawa Rosé dalam gendongan, memindahkan gadis itu ke ranjang king size di kamarnya, tak lupa menarik sehelai selimut sebatas dada sebelum mematikan lampu dan beranjak mandi.
Pukul lima pagi, Sehun telah berisap untuk pergi menggeluti jadwalnya hari ini. Ia meninggalkan apartemen beserta Rosé di dalamnya setelah menghidangkan segelas susu dan sepotong roti isi di nampan yang ia letakan di atas nakas, di samping ranjang tempat Rosé berbaring. Tak lupa juga ia meninggalkan sebuah catatan kecil serupa memo pada kertas sewarna jingga.
Selamat pagi, cantik^^
Kuharap tidurmu nyenyak dan jangan lupa sarapan setelah bangun!
Maaf, aku ada jadwal dan pergi pagi-pagi sekali.Menyandarkan punggung usai terbangun, seuntai senyum tipis terbit pada bibir merona alami milik Rosé saat ia membaca isi memo yang Sehun tulis. Beberapa saat bertahan, senyum itu meluruh begitu melihat sudut memo yang bertuliskan:
Your Fake Boyfriend
Oh SehunItu menamparnya. Sadar penuh ia sekarang akan realita bahwa Sehun memanglah hanya pacar pura-puranya. Tatapan yang tadinya berbinar itu mendadak sirna, berganti nanar ketika memandang isi nakas. Ia menyantap sarapan dengan sedikit tidak bersemangat sembari mengecek ponsel.
Ada puluhan panggilan tak terjawab juga pesan dari para membernya, terutama Lisa. Rosé menepuk dahi. Jelas mereka mencari-cari sebab Rosé datang kemari tanpa memberi tahu siapapun.
Ponselnya bergetar. Kali ini panggilan dari Jisoo yang langsung ia terima tanpa pikir panjang.
"Eonnie." Ia menyapa. Terdengar helaan nafas di seberang.
"Kau masih di apartemen Sehun?" Jisoo bertanya, Rosé sedikit terkesiap. "Bagaimana Eonnie tahu?"
Penasaran, Rosé melempar tanya.
"Astaga Chaeng." Terdengar eluhan dari Jisoo sebelum gadis itu menjelaskan bahwa sejak semalam ia dan membernya uring-uringan mencari tahu keberadaan Rosé. Di antara mereka Lisa adalah yang paling tak bisa tenang, katanya. Memang benar mengingat panggilan tak terjawab di ponsel Rosé didominasi oleh gadis itu.
"Subuh tadi, Lisa baru tidur setelah Sehun mengabari kalau kau tidur di apartemennya." Jisoo mengakhiri ceritanya pagi ini. Namun, tak benar-benar berakhir saat pertanyaan kembali dilempar.
"Chaeng, kau tidak melakukan apapun bersama Sehun Oppa, bukan?"
Mendadak, wajah Rosé terasa kaku, pun ia mengeratkan genggaman tangannya pada ponsel sekaligus tangan satu lagi menggenggam erat ujung selimut. Kedua pipinya kini terasa panas mengingat semalam ia tidur dalam pelukan Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE: The Scandal [END]
FanfictionSkandal Palsu sebagai pengalihan isu sudah bukan hal yang tabu lagi. Sehun dan Rose adalah sepasang Idol yang dituntut agensi mereka untuk menandatangani sebuah kontrak dengan ketentuan: 1. Melakukan kencan rekaan untuk dijadikan sebagai bukti skan...