46: Candlelight Dinner

2.4K 248 33
                                    

"Aku punya firasat bagus, Chaeng."

Lisa berceloteh sembari memilah gaun di lemari. Rose yang diajaknya bicara kala itu tengah memejamkan mata sesuai instruksi Jennie yang duduk di atas ranjang bersamanya. Jennie sedang berkutat dengan beberapa brush dan alat make up untuk mengaplikasikannya ke wajah Rose.

"Firasat apa?"

Tanggapan datang dari Jisoo yang baru saja masuk ke kamar Rose dengan empat gelas jus jeruk dan setoples kue di atas nampan dalam genggaman. Lisa tersenyum lebar di sana. "Sepertinya sebentar lagi Sehun Oppa akan melamar Rose kita."

Jennie dan Jisoo hanya tertawa kecil, dalam hati turut mengamini. Sementara wajah Rose sempat bersemu sesaat sebelum akhirnya bicara, "Jangan sembarangan, Lis." Mendadak jantung gadis itu berdebar kencang memikirkan jikalau ucapan Lisa jadi kenyataan.

Hubungannya dengan Sehun sudah menginjak angka hampir tiga tahun lamanya. Rose pun telah memberitahu perkara itu kepada para membernya. Namun, sejauh ini Rose dan Sehun masih berupaya benar merahasiakannya dari publik maupun agensi. Terlalu enggan jikalau mereka akan dipaksa untuk mengakhiri. Intensitas perjumpaan antara Rose dan Sehun bisa dibilang jarang. Hanya sesekali jika keduanya senggang dari jadwal pekerjaan. Oleh karena itu, kebahagiaan tak bisa terelakan dari merajai hati Rose tatkala Sehun menelpon pagi tadi dan mengajaknya makan malam.

"Pilih kanan atau kiri?"

Atensi tiga orang gadis di dalam ruangan itu kini menjurus pada Lisa. Pada dua tangan gadis itu terdapat gaun dengan warna dan model yang berbeda. Di kanan ada gaun berwarna putih dengan lengan yang tertutup, sedang di kiri adalah gaun berwarna biru pudar tanpa lengan dengan tali di bagian leher.

Jennie dan Jisoo kompak menunjuk gaun di tangan kiri Lisa, sedang Rose menunjuk pilihan yang berbeda. Angin malam di musim gugur biasanya cukup dingin. Rose malas memakai mantel dan berpikir gaun putih lengan panjang adalah pilihan terbaik. Selain itu, jika harus mengikuti pilihan Jennie dan Jisoo, ia terlalu malu berpakaian sedikit terbuka di hadapan Sehun nantinya.

Sejenak menimbang putusan, Lisa akhirnya tersenyum lebar lalu melemparkan gaun di tangan kirinya pada Rose. "Itu lebih bagus. Pakai itu saja Chaeng."

Rose membelalak. Hendak protes, tapi Jennie lebih dulu mendorongnya untuk bergegas mengganti pakaian. Dan, ia baru menyadari bahwa gaun tersebut benar-benar mengekspos sekujur bahu, lengan pula sebagian punggung setelah melekat pada tubuhnya.

Rose memandang bayangan pada cermin dengan keragu-raguan, tetapi teman-temannya terus meyakinkan bahwa gaun itu sangat cocok dikenakan oleh Rose, khususnya untuk malam ini.

Bel asrama berbunyi. Seperti sudah tahu siapa gerangan yang bertandang, keempat gadis di sana kontan dibuat kocar-kacir. Jisoo belum selesai menata rambut Rose yang teringin digulungnya agar nampak pula leher jenjang milik gadis itu. Jennie tengah sibuk menata kembali peralatan rias dan gaun-gaun yang diobrak-abrik Lisa.

Sedangkan, Lisa sendiri bergegas menuju pintu, menyambut kedatangan pria bersetelan rapi dengan kemeja hitam dan jas biru senada dengan celananya. Lisa menyuruh Sehun untuk masuk dan menunggu Rose yang akan siap sebentar lagi.

Di dalam sana, Jennie menyempatkan diri untuk merapikan polesan di bibir Rose sebelum menuntun gadis itu beranjak keluar dari kamar. Jantung Rose kian bergemuruh seiring ayunan tangan Jennie pada gagang pintu dan seiring penglihatannya dihadapkan dengan punggung lebar pria yang tengah duduk di sofa ruang tengah sembari menyesap secangkir teh buatan Lisa.

"Uwah, Chaeng. Kau cantik sekali."

Vokal lantang Lisa membuat atensi Sehun bergulir cepat. Rose merasa nyaris terserang vertigo ketika pandangannya menubruk sepasang iris milik Sehun di sana. Meski sudah menjalin hubungan cukup lama, ia masih saja merasakan debaran yang tak bisa dikendalikan saat ditatap sosok itu.

FAKE: The Scandal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang