36: Euphoria

2K 257 33
                                    

Menyambar sebuah hodie hitam, pula sebuah topi dan masker, Sehun beranjak dari asramanya di kala hari nyaris menyentuh fajar. Menuju basement, tempat mobilnya terparkir, Sehun sesekali menoleh ke belakang ketika merasakan atensi seseorang mengekori dirinya.

Saat masuk ke dalam mobil, ia tersentak begitu seseorang tiba-tiba saja duduk menghuni kursi di sampingnya. Kendati Sehun telah menampilkan wajah yang sarat akan kekesalan yang memuncak, Chanyeol dengan tampang tak berdosa dan senyum selebar biasa hanya berucap, "Kopi sangat nikmat dikonsumsi saat udara sedang dingin-dinginnya."

Mendengus sebal, Sehun tak kunjung mengeluarkan protes dan memilih untuk segera menginjak pedal gas, melajukan mobil dengan kencang membelah sepinya jalanan.

"Kau mau pergi ke mana?" Usai memberikan satu gelas kopi yang dibeli dari kedai kopi 24 jam, Chanyeol bertanya pada Sehun.

"Ke suatu tempat. Hyung pulaglah naik taksi!"

Chanyeol mengerutkan dahinya heran, sedikit penasaran, pula enggan jika harus pulang naik taksi di pagi buta begini. Lagi pun, sejak semalaman ia mengkhawatirkan Sehun yang terus terjaga entah memikirkan apa. Mempertimbangkan beberapa hal tersebut, Chanyeol pada akhirnya menguak cengiran dan sepatah kalimat, "Aku ingin ikut denganmu, boleh ya?"

Tak ada jawaban dari Sehun atas pertanyaan Chanyeol. Pria itu hanya segera melajukan mobilnya kembali, dan Chanyeol agak ditubruk perasaan sesal ketika Sehun berkendara layaknya pembalap; melesatkan kendaraan yang menampung dua nyawa manusia seperti menuju neraka. Nyaris sepanjang perjalanan, Chanyeol tak berhenti menyebut nama Tuhan barangkali dalam hitungan detik ia akan merenggang nyawa.

Lebih kurang setengah jam, mobil Sehun telah sampai di pelataran sebuah bangunan rumah sakit bergaya klasik jauh dari pusat Kota Jeju. Jika ditempuh dengan kecepatan rata-rata, semestinya mereka akan sampai dalam satu setengah jam lagi. Namun, akibat kemampuan pembalap yang entah dari mana Sehun dapat, Chanyeol kini bisa duduk manis menghuni sebuah sofa ruangan berpenghangat sambil menikmati suguhan teh hijau panas dari salah seorang perawat rumah sakit.

Sesekali Chanyeol melirik pada ruang sebelah, tempat Sehun bersama ayah dan juga kakak laki-lakinya berada sekarang. Itu adalah ruang rawat ibu Sehun. Chanyeol pun cukup terkejut ketika mengetahui Ibu Sehun dalam keadaan sedemikian kritis hingga mesti berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan bantuan beberapa alat medis.

Kini Chanyeol paham atas perkara apa yang membuat Sehun akhir-akhir ini menjadi pribadi yang sangat pendiam. Selain perkara hati, ternyata penyakit ibunya yang kian meradang menghantam pikiran Sehun di saat yang bersamaan.

Pintu terbuka, sosok sehun keluar dengan wajah yang lebih muram dari sebelumnya. Duduk ia di salah satu bagian sofa lalu merebahkan diri.

"Kau masih belum mengatakannya?"

Meletakan cangkir ke atas meja, Chanyeol memecah keheningan dengan sebuah tanya. "Mengatakan apa?" Sehun menanggapi. Pelan suaranya nyaris tak bisa didengar.

"Perasaanmu pada Rosé."

Pandangan Sehun yang tadinya mengawang pada langit ruangan kini bergulir pada Chanyeol. Sejenak menjeda, Sehun bangkit untuk duduk, lalu menyambar cangkir milik Chanyeol dan menyesap cairan teh di sana. "Kupikir itu percuma. Sebab mengungkapkan ataupun tidak, tetap tidak akan ada yang berubah. Lagipula, aku sudah terlalu banyak melukainya."

Chanyeol mengernyit, ada ketidaksetujuan yang ditampilkan dari rautnya tapi ia memilih menunggu penjelasan Sehun yang lain. "Kau tahu Irene Nunna tidak akan pernah melepaskanku begitu saja. Jika aku pergi darinya dan memilih bersama Rosé, dia tidak akan segan untuk menguak kontrak kerjaku dan Rosé pada publik. Dan, itu berbahaya bagi gadis itu. Rosé akan terluka oleh banyak mulut tak kasat mata yang mengoceh seolah dia tau segalanya. Selain itu, karirnya yang sedang cemerlang akan terancam."

FAKE: The Scandal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang