44: Moulin Rouge

2.5K 267 43
                                    

"Pernahkah sekali saja kau merindukan pria bodoh ini?"

Suara berat nan rendah seorang pria yang mengalunkan pertanyaan itu menjadi pengisi keheningan satu-satunya. Di dalam ruangan yang hanya bercahayakan lampu temaram di sudutnya, dua insani berdiri saling berhadapan bersama dada yang berdebar kencang.

Sehun menanti cemas jawaban dari sosok Rosé yang terdiam begitu lama. Bukan apa-apa, Rosé hanya sedang tenggelam dalam lekatnya tatapan Sehun yang menyimpan keseriusan. Di dalam benak, gadis itu bersuara bahwasanya ia bukan hanya sekali tetapi berkali-kali merindukan sosok Sehun. Namun, sepasang bibir yang masih merasakan kehangatan atas kecupan Sehun barusan terasa kelu untuk bicara.

Merasakan genggaman tangan Sehun yang mengerat pada jemarinya, Rosé mengalihkan atensi. Ia menunduk, beberapa saat menatap tangan mereka yang saling bertaut sebelum menarik jemarinya perlahan. Perilaku Rosé itu membuat tatapan Sehun perlahan menjadi redup.

Kembali dua pasang mata beradu di satu titik temu. Rosé merasakan sepenuh hatinya terlena, ia terlalu mengagumi pemilik wajah rupawan dan tindak tutur penuh kehangatan yang berdiri di depannya sekarang.

Setumpuk keberanian yang entah Rosé dapat dari mana menyeretnya untuk mengulurkan tangan, meraih dua sisi wajah Sehun. Memangkas jarak di antara mereka, Rosé berjinjit sebelum akhirnya sebuah ciuman hangat ia labuhkan pada sepasang bibir manis milik Sehun.

Merasa terkejut dengan tingkah laku Rosé, di saat bersamaan Sehun juga merasakan kebahagian yang menggunung. Itu cukup menjadi sebuah jawaban, bahwasanya gadis itu pun merasakan hal yang sama dengannya: masih sangat mencinta dan merindu setengah gila.

Kehangatan bertandang dari ujung bibir hingga merasuk ke dalam relung sukmanya, Sehun menikmati itu seraya memejamkan mata. Tak hendak cepat-cepat mengusaikan momen mendebarkan di sana, sepasang tangan Sehun meraih pinggang ramping Rosé hingga jarak di antara mereka kini tiada. Disapunya pelan dan lembut sepasang bibir merona Rosé seakan itu adalah benda paling rapuh sedunia.

Rosé sempat tersentak sesaat ketika merasakan pergerakan Sehun. Samar-samar ia bisa melihat wajah Sehun yang begitu damai bersama dua netra yang terpejam. Meski di dalam dada gadis itu, jantung kian meletup-letup, pula dalam perutnya seakan terjadi sebuah ledakan dahsyat, tetapi sapuan demi sapuan lembut yang Sehun berikan mampu menghantarkan kenyamanan tersendiri dalam dirinya.

Terseret untuk turut memejamkan mata, Rosé menikmati sensasi mendebarkan itu dengan suka cita. Ia tak tahu pasti sejak kapan dua lengannya mengantung di leher Sehun. Tak segan ia membalas ciuman pria itu, pula sesekali jemarinya menyisiri surai pendek Sehun di sana.

Dua manusia di dalam ruangan itu seakan terlarut oleh percumbuan yang awalnya begitu tenang hingga perlahan mulai memanas. Sepasang lengan Sehun yang tadinya hanya melingkari pinggang ramping Rosé kini beranjak membukus tubuh gadis itu. Satu tangannya bertengger dan mengusap pelan punggung Rosé, sementara tangan yang lain meraih tengkuk gadis itu dan mempertahankan tautan bibir mereka untuk waktu yang cukup lama.

Sampai akhirnya, sedikit jarak mereka ciptakan untuk mengambil pasokan oksigen dengan cukup tergesa. Membuka mata, keduanya kini kembali bersitatap lalu senyuman malu terbit pada wajah masing-masing.

Rosé menunduk, hendak mengelap bibirnya yang basah dengan punggung tangan tetapi urung tatkala merasakan ibu jari Sehun bergerak mengusap lebih dahulu. Sedikit mendongak, Rosé melihat Sehun yang tersenyum tipis. Rosé merasa semakin tenggelam dalam rasa malu. Maka, ia kembali menunduk menyembunyikan wajahnya yang merona dan senyum kecil di bibir.

Melihat itu, Sehun menarik kembali tubuh Rosé ke dalam pelukan seraya berbisik, "Aku sangat merindukanmu."

Melingkar dua lengan di pinggang Sehun dan menenggelamkan wajahnya di balik dada pria itu, Rosé pun menjawab pelan, "Aku juga sangat merindukan Oppa."

FAKE: The Scandal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang