Perahu menepi di dermaga sore itu.
Sehun pun telah menapakan kakinya kembali ke atas pasir pantai, lalu salah satu tangannya Ia ulurkan, menanti jemari Rosé menyambut. "Sini turun!" tukasnya.
Bukan apa-apa. Ia hanya berniat membantu gadis itu turun dari perahu. Sosok Rosé tak yang banyak bertingkah, lantas memberikan jemarinya pada Sehun sebelum melompat turun. Helaan napas terdengar dari keduanya yang kemudian melambai pada si nelayan yang pamit guna menggeluti pekerjaan. Mereka telah membuat kesepakatan akan kembali ke seberang bersama-sama, esok hari di pukul empat pagi.
Berjalan beriringan menjauhi bibir pantai, Sehun berhenti di seperempat jalan sebelum stapak, ada sebuah kursi permanen dari beton di sana. "Pakai dulu sepatunya!"
Mendengar ucapan Sehun, Rosé yang sedari tadi masih menggenggam sepasang sepatu kets milik pria itu pun segera mengulurkannya.
"Ini."
Namun, Sehun tak lantas menerima. "Kamu yang pakai," terangnya kemudian membuat Rosé menautkan alis bingung. Membandingkan ukuran sepatu dengan kakinya, ia pun seolah memberitahu Sehun lewat sebuah tatap bahwa itu bukan ukurannya.
"Setidaknya pakai dulu sampai kita menemukan penjual sepatu." Sehun kembali bersuara, seperti paham benar maksud Rosé meski gadis itu tak bicara apa-apa. Dengan dagunya, Sehun mengisyaratkan Rosé agar duduk di atas beton dan segera memakai sepatu pria itu.
Rosé pun menuruti, meski dengan rasa tak enak hati yang menggelayuti ketika memikirkan Sehun yang rela bertelanjang kaki. Saat sedang mengikat tali sepatu, Rosé menyempatkan diri mendongak memandang Sehun yang berdiri di hadapannya menanti.
"Sudah. Ayo!" Maka, cepat-cepat Rosé beranjak berdiri pula sebab tak ingin membuat Sehun menunggu lama. Sedang, pria itu tak lantas menanggapi; memilih menyempatkan diri meneliti sepatu di kaki Rosé yang mana talinya tak diikat dengan benar.
Gadis itu terkesiap begitu Sehun berjongkok tiba-tiba dan membenarkan tali sepatunya sambil mengoceh, "Kalau tahu sepatunya terlalu besar, kau harus mengikat talinya erat-erat agar tidak gampang lepas sewaktu berjalan nanti."
Demikian, perhatian kecil Sehun selalu menimbulkan pekik di dada. Selalu membuat Rosé menaruh harap dan menjadi sedikit serakah, ia ingin menerima lebih banyak perhatian Sehun. Dan, helaan napas pelan menjadi hal yang ia lakukan tatkala akalnya merasionalkan bahwa ia tak semestinya berpikiran demikian.
Sehun bangkit lalu lebih dulu memimpin langkah, sementara Rosé masih bertahan sejenak untuk sekedar menatap punggung lebar pria itu dan menyimpan kagum dalam untaian senyum.
Duduk berhadapan di sebuah kedai di tepi pantai, keduanya kini tengah fokus menyantap hidangan seafood di atas meja masing-masing. Sehun terutama, pria itu seperti orang yang kelaparan, menyantap sebegitu lahap dan hal itu menyita fokus Rosé untuk memperhatikan.
"Makanlah!"
Sampai terdengar perintah Sehun sesaat setelah pria itu menyadari bahwa Rosé menaruh perhatian sepanjang ia makan. Terlebih ketika melihat sisa makanan Rosé yang lebih dari setengah porsi.
"Kau tidak suka seafood?" Sehun menarik kesimpulan yang kemudian ia tanyakan. Rosé dengan cepat menyangkal, "Suka kok." Lalu, segera ia kembali fokus menyantap makanan di piringnya sambil sesekali melempar tanya.
"Oppa suka makanan laut?"
"Eum. Dulu sewaktu nenek masih hidup, makanan laut masakannya adalah kesukaanku. Setiap kali aku berkunjung ke rumah kakek dan nenek, dia selalu menyiapkan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE: The Scandal [END]
FanficSkandal Palsu sebagai pengalihan isu sudah bukan hal yang tabu lagi. Sehun dan Rose adalah sepasang Idol yang dituntut agensi mereka untuk menandatangani sebuah kontrak dengan ketentuan: 1. Melakukan kencan rekaan untuk dijadikan sebagai bukti skan...