Semenjak hari itu, hubungan Rosé dan Sehun mulai berangsur membaik. Kecanggungan di antara mereka mulai terkikis, berganti kenyamanan yang kembali menyentuh hati masing-masing. Mereka tak lagi segan untuk saling menghubungi, saling mengirim kabar lewat pesan singkat atau panggilan suara, kadang kala panggilan video. Mereka tak lagi segan untuk berbagi keluh kesah dan mengambil beberapa kesempatan di kala jeda jadwal pekerjaan untuk saling menemui.
Makan siang atau menikmati waktu luang di apartemen Sehun untuk memasak ala kadar, berenang, menonton film atau bermain game, kerap mereka lakukan.
"Oppa," panggil Rosé sewaktu keduanya berdiri di balkon apartemen, menikmati sumilir angin sore dengan es krim di tangan masing-masing.
"Hm?"
Sehun menoleh, memandang wajah cantik Rosé yang terpapar sinar mentari dari barat, kedua mata gadis itu menyipit lucu. Dan, Sehun refleks memutar tubuh, memasang punggungnya untuk menghalau sinar mentari itu agar Rosé tak lagi kesilauan.
Mendongak dan menatap Sehun secara terang-terangan, Rosé berkata, "Boleh aku mengajukan permintaan?"
"Apa itu?" Sehun menanggapi dengan seuntai senyum manis. Sejenak menjeda untuk menunduk dan memainkan jemarinya, Rosé mulai merangkai kata-kata, "Kita—"
"Bisakah kita—menjadi lebih dari sekedar partner kerja?"
Pertanyaan itu membungkam mulut Sehun. Fokusnya tersita hanya demi menenangkan debaran di dada. "Menjadi seperti apa?" Lalu, ia pun bertanya pelan.
Rosé membuang pandangan asal, menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Menjadi—" Ia menjeda sepersekon.
"—teman, barangkali?" lanjutnya kemudian.
"Teman?" Sehun mengulang dengan nada bertanya. Di sana, Rosé mengangguk semangat. "Sebentar lagi kontrak kita akan berakhir. Meski kita tak lagi menjadi sepasang partner, kita masih bisa menjadi teman bukan? Kita tetap bisa saling menemui, bercerita banyak hal pada satu sama lain, atau pergi berlibur sewaktu-waktu."
Demikian, status keduanya tak banyak berubah, masih sebagai partner kerja yang merambah menjadi pertemanan. Sehun kala itu pun tak keberatan. Ia mengangguk dengan senyuman, lalu membuka bungkusan es krim di tangannya yang masih utuh untuk kemudian ia sodorkan pada Rosé yang baru saja menghabiskan satu bungkus.
"Ayo menjadi teman!" Pria itu bertutur. Rosé tersenyum menerima es krim dari tangan Sehun lalu melahapnya.
***
"Rosé—" panggil Sehun di kala waktu.
Sesendok sup yang diambil dari panci ia sodorkan ke hadapan Rosé setelah sebelumnya ia meniup kepulan asap di sana. Tanpa segan, Rosé menerima suapan Sehun dan membulatkan matanya ketika merasakan cita rasa yang cukup sedap di lidahnya. Ia mengacungkan salah satu jempol, lalu dihadiahi senyuman manis Sehun dan usapan lembut di kepala.
Saat itu, dapur menjadi tempat mereka menghabiskan akhir pekan dengan memasak beberapa hidangan. Dengan celemek yang membalut tubuh masing-masing, mereka berdua berkutat dengan alat dan bahan masakan.
Ketika tengah memotong beberapa buah, Rosé sempat dibuat tersentak begitu merasakan atensi Sehun di belakangnya, pria itu melongok hasil pekerjaan Rosé dan menyuruh gadis itu memotong buah dengan ukuran lebih kecil.
Mengangguk pelan adalah jalan ninjanya ketika debaran kencang datang tiba-tiba.
Melihat Rosé yang sedikit kepayahan dengan rambut yang terurai, Sehun kembali mendekati gadis itu setelah sebelumnya mengambil saputangan bersih, lalu dengan pergerakan yang lembut ia membantu Rosé mengikat rambutnya dengan benda itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/248001635-288-k798499.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE: The Scandal [END]
FanficSkandal Palsu sebagai pengalihan isu sudah bukan hal yang tabu lagi. Sehun dan Rose adalah sepasang Idol yang dituntut agensi mereka untuk menandatangani sebuah kontrak dengan ketentuan: 1. Melakukan kencan rekaan untuk dijadikan sebagai bukti skan...