Angin berhembus cukup resah, menyeret sejumlah dedaunan yang teronggok di jalanan sehingga bergerak tak tentu arah. Malam itu purnama penuh menggantung ditemani gemerlap bintang yang menambah kadar kecantikan langit musim gugur. Cahayanya menelisik di antara rimbun pepohonan, pun menerangi ruangan temaram tempat dua insani tengah bercumbu mesra.
Sofa abu-abu pudar menjadi saksi, bagaimana cinta bekerja menyeret keduanya untuk saling memberikan sentuhan.
Rosé. Gadis itu tak menyadari sejak kapan rambutnya terlepas dari gulungan, menjatuhi sepasang bahu polosnya yang kala itu menjadi tempat Sehun beraktivitas; menghirup dalam-dalam aroma wangi yang menguak dari tubuh Rosé, dan menjamahnya dengan kecupan berkali-kali. Tenggelam dalam rasa suka cita yang kelewatan, dua pasang mata Rosé terpejam. Jemari lentik gadis itu menyisir surai sepekat malam milik Sehun, terkadang mengusap permukaan kulit leher Sehun atau punggung pria itu yang masih tertutup kemeja hitam berantakan dan terbuka kancingnya.
Lagipula mereka akan menikah.
Pemikiran itu benar-benar menguasai Rosé saat ini sehingga ia tak sedikitpun berniat memberikan penolakan bilamana Sehun nanti akan berbuat lebih. Dan, yang paling tak bisa Rosé ingkari adalah kenyataan bahwa dirinya menyukai sentuhan Sehun. Ia menginginkan itu.
Mengambil jarak untuk saling menatap satu sama lain, Rosé menangkap sejumlah pancaran keraguan dan kebersalahan pada mata Sehun di sana meski sosoknya tak bicara apa-apa. Jelas saja, Sehun baru saja dihampiri kesadaran penuh yang menyuruhnya agar tak menyentuh gadis itu sebelum mereka benar-benar terikat pernikahan.
Seuntai senyuman tipis Rosé berikan, seolah mengatakan bahwa ia tak mengapa. Melihat Sehun yang masih terdiam dalam gamang, entah dapat keberanian dari mana, Rosé mengambil alih permainan: beranjak dari posisi berbaringnya guna meraih tengkuk Sehun dan kembali menyapu bibir pria itu seiring dirinya beralih duduk di atas dua paha Sehun yang kini terduduk pula menyandarkan punggung pada sandaran sofa.
Saling merengkuh satu sama lain, dua tangan Sehun melingkar manis di pinggang Rosé, sedang dua tangan gadis itu melingkar di atas bahu Sehun. Terlena oleh hasrat yang merajai diri, jemari Rosé tanpa sadar bergerak menuju leher bagian belakangnya sendiri dan membuka ikatan simpul tali gaunnya.
Nyaris saja tubuh indah Rosé terekspos nyata di hadapan Sehun tatkala kain biru pudar yang sedari tadi membalut gadis itu perlahan merosot. Namun, sebelum itu terjadi, Sehun lebih dulu mengambil tindakan cepat serupa melepas kemeja hitamnya untuk kemudian ia gunakan untuk menutupi tubuh polos Rosé di depan mata.
Terkesiap, Rosé memandang Sehun penuh tanya, tersimpan pula malu di baliknya sebab tersadar bahwa ia baru saja berperilaku melewati batas. Menggulirkan tatapan pada tubuh bagian atas Sehun yang kini tak tertutup sehelai benang pun, dua wajah Rosé bersemu jingga. Lengan kekar pria itu masih menggenggam dua sisi kemeja yang kini membalut Rosé sempurna.
Sekali lagi saling bersitatap, Sehun menyuguhkan senyum tipis untik Rosé yang nampak begitu kikuk dan beberapa kali memendarkan arah pandang asal-asalan. Merengkuh tubuh Rosé erat, Sehun mendekatkan wajah dan bicara pelan, "Jangan sekarang ya?"
Dua belah bibir Rosé terbuka, setengah tak percaya atas pertanyaan yang Sehun berikan dengan wajah tak berdosa. Di samping itu, Rosé terdiam karena kesulitan menjawab sehingga ia hanya menggigit bibir bawah dan menunduk malu. Sedikit kecewa pula.
Melihat itu, Sehun mengulurkan tangan dan mengusap surai hitam gadis yang berada di atas pangkuannya. "Maaf, Chaeyoung. Tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak 'melakukannya' sebelum aku menikahimu," tutur Sehun begitu lembut, berharap Rosé akan memahami.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE: The Scandal [END]
FanficSkandal Palsu sebagai pengalihan isu sudah bukan hal yang tabu lagi. Sehun dan Rose adalah sepasang Idol yang dituntut agensi mereka untuk menandatangani sebuah kontrak dengan ketentuan: 1. Melakukan kencan rekaan untuk dijadikan sebagai bukti skan...