Jalanan ibukota dipadati ratusan kendaraan yang berhamburan. Maklum saja, ini akhir pekan. Semua orang pasti ingin keluar.
Kecuali Shayna.
"Argh! Macet banget! Ini kenapa gue gamau keluar-keluar!" erangnya kesal. Tangan Shayna menggenggam stir mobil dengan erat. Melampiaskan kekesalannya pada benda mati itu.
Drrtt.. Drrtt..
Ponsel Shayna kembali berdering entah untuk keberapa kalinya. Sudah sejak pagi ponselnya berkicau seperti ibu kos yang menagih uang bulanan.
Kuping Shayna terasa panas mendengar deringan ponselnya. Dimatikan salah, diabaikan salah, dijawab lebih salah lagi. "Oh Tuhan Yesus!" Sangat terdengar dari suaranya jika Shayna jengkel sekarang.
"Apa lagi?" tanya Shayna tanpa basa-basi saat mengangkat telfonnya. "Kamu di mana sih? Udah telat dua jam!" Suara sang ibu meninggi dari dalam ponselnya.
"Macet ma. Kita tinggal di Jakarta! Bukan di pelosok yang sepi," balas Shayna tak mau kalah. "30 menit lagi pokoknya udah harus sampai. Mama gamau tau!" Dan telfon itu langsung terputus tanpa menunggu balasan Shayna.
Shayna memijit pelipisnya pelan. Jika saja kedua orangtuanya dan saudara jauh itu tidak membuat ide konyol tentang perjodohan maka Shayna tidak akan sial di akhir minggu yang indah ini.
Sudah mendapat omelan, kesal sendiri, jalanan macet, dan ia dipaksa menikah. Shayna mendengus kesal. Hidup ini memang tidak pernah sepi dari permasalahan.
Mari berkenalan dengan salah satu pemeran utama cerita ini. Shayna Adelaide, 22 tahun. Mahasiswi tahun keempat yang masih sibuk-sibuknya dengan beban hidup bernama skripsi. Lalu kedua orangtuanya datang dengan senyum tak berdosa memintanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka.
Sejak dahulu tidak pernah terbayangkan Shayna untuk menikah di usia yang terlampau muda. Ia sendiri tidak habis fikir dengan orangtuanya.
Seingat Shayna, ayah dan ibunya adalah orang yang mengedepankan kesuksesan karir dan pendidkan baru setelahnya pernikahan serta jodoh. Semenjak kecil, Shayna dituntut untuk menyelesaikan studi dengan hasil memuaskan lalu akan mengambil gelar magister setelah sarjana barulah mengurusi pernikahan serta jodoh laknat ini.
Tapi kenyataannya sekarang malah berbeda. Sepertinya ayah dan ibunya lupa jika Shayna belum menyelesaikan gelar sarjananya dan masih berkelit dengan si busuk skripsi.
Mama papa mau kenalin kamu sama seseorang. Kamu pasti kenal dia, Shayna. Seenggaknya kamu pernah denger nama dia. Kami berharap kamu mau menikah dengan dia nanti.
Perkataan ibu Shayna kembali berputar. Tentu saja Shayna kenal. Tapi wajah pria itu sudah sedikit buram di ingatannya. Terakhir kali Shayna bertemu dengannya 10 tahun yang lalu.
Kala itu Shayna masih di bangku sekolah menengah pertama. Tahun pertama dan pria itu sudah di bangku perkuliahannya.
Otak kecil Shayna yang biasanya malas bekerja kini mencoba mengingat rupa sang pria. Sepuluh tahun yang lalu, pria itu duduk tepat di depan Shayna.
Yang Shayna ingat adalah ia tinggi dengan kulit yang gelap. Gelap seperti pria manis. Ya, tampak seperti lelehan coklat susu yang ibu Shayna masak untuk kue. Seperti itulah ingatan buruk Shayna merekamnya.
Pria yang akan dijodohkan dengannya ini 7 tahun lebih tua dari Shayna. Jika Shayna baru menginjak usia 22 tahun maka pria ini berumur 29 tahun. Dengar-dengar tahun ini ia akan menyambut kepala tiganya.
Alvin. Nama pria yang akan menjadi suaminya itu Alvin. Tapi Shayna tidak tau kelanjutan namanya. Shayna hanya tau satu nama itu saja.
Lalu fakta lainnya adalah pria ini masih memiliki hubungan saudara dengan Shayna. Ibu dari pria itu merupakan sepupu ayah Shayna. Kakek dari kedua orang tua mereka adalah kakak adik kandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coba Dulu Shay! [COMPLETED]
RomancePertemuan pertama mereka adalah lelucon terbesar bagi Shayna. Setelah dipaksa menikah cepat oleh kedua orangtuanya, kini Shayna menjadi guyonan seluruh anggota keluarga besarnya. Tidak hanya Shayna namun pihak pria juga merasakan hal yang sama. Shay...