Part 4

18.4K 1.9K 35
                                    

Salah lagi. Pilihan pisang bakar memang kesalahan terbesar Shayna karena Alvin tau tempat menjual pisang bakar yang lezat.

Tempat makan ini bergabung dengan berbagai jenis penjual makanan lainnya. Di pinggiran jalan dan sepanjang jalan ramai dengan banyak penjual dari berbagai jenis makanan.

Sekarang saja tidak hanya pisang bakar yang ada di atas meja mereka. Tapi sate padang, es pisang ijo, es campur, serabi solo, dan bakso goreng.

"Ayo dima—" Sepertinya Alvin tak perlu susah payah menyuruh Shayna memakan ini semua karena dia tanpa mendengar Alvin menyelesaikan kata-katanya langsung melahap pisang bakar yang ada.

Senyum lebar Shayna terukir di bibirnya. Seakan lupa pada masalah pernikahan yang  3 bulan lagi serta menghilang bersama Alvin dari acara keluarga.

Shayna lupa semuanya karena makanan-makanan nikmat di hadapannya. "Ayo kakak! Jangan malu-malu makannya!" ujar Shayna senang pada Alvin.

Sakin bersemangatnya, Shayna sampai menggulung lebih tinggi lengan kemejanya. Mau tak mau Alvin tersenyum melihat tingkah Shayna.

Yang benar saja wanita seperti ini akan menjadi istrinya. Ia terlihat begitu polos layaknya anak-anak.

"Enak?" tanya Alvin. Bukannya mengingatkan Shayna pada tujuan awal datang, Alvin malah menanyakan hal lain.

Shayna mengangguk semangat. "Banget kak!" ungkap Shayna. "Coba deh ini dipakein kerupuk kulitnya, serius makin enak."

Mendengar saran Alvin, Shayna mengikutinya. Wajahnya membelalak tak percaya. Memang jadi sangat nikmat. Perutnya semakin dimanjakan oleh seluruh makanan ini.

Alvin ikut mengunyah makanan yang ada. Rasanya memang memanjakan lidah tapi tetap tidak membuat ia sampai lupa seluruh permasalahan layaknya Shayna.

Bayangan gadis di hadapannya ini bercekcok dengan ibunya sendiri perkara pernikahan mereka kembali terngiang. Jangan sampai Shayna bertengkar dengan orangtuanya sendiri karena pernikahan mereka.

Apalagi alasan pernikahan itu dipercepat ada pada Alvin. Benar, jangan sampai seperti tadi, Shayna bertengkar dengan ibunya.

"Jadi mau ngomongin apa?" tanya Shayna yang sibuk memakan sate padangnya.

Untung dia ga lupa tujuannya kesini. Gumam Alvin sendiri.

"Acara kita itu tiga bulan lagi. Ada alasannya dan alasan itu karna keluarga gue, Shayna," jelas Alvin.

"Sebelom lo jelasin bagian itu kak, gue penasaran. Kenapa dari semua orang atau semua sepupu kita, kenapa gue yang lo nikahin? Gue rasa banyak yang lebih jelas dari gue."

Mendengar kata jelas membuat alis Alvin bertaut. Jelas? Apa Shayna ini menganggap dirinya sendiri buram? "Lo cukup jelas di mata gue. Ga ada burem sama sekali."

"Bukan itu. Kayak gue masih begini. Masih muda banget. Gue belom kepikiran punya keluarga. Boro-boro kepikiran nikah, gue sibuk mikirin gimana biar lulus kuliah. Gue sibuk mikirin gimana nanti karir gue. Jujur aja kayak gini masa depan gue aja ga jelas."

Alvin paham maksud ucapan Shayna. Masih banyak wanita yang lebih siap. Dari segi mental, karir, bahkan ekonomi. Alvin tidak mengatakan Shayna tidak mampu secara finansial.

Jika dilihat-lihat justru keluarga Shayna ini yang sangat bergelimang harta. Ayah Shayna adalah seorang direktur di salah satu Badan Usaha Milik Negara. Lalu ibunya adalah dokter gigi.

Berbanding terbalik dengan keluarga Alvin yang hidup biasa-biasa saja. Apalagi semenjak ayahnya divonis mengidap kanker.

Hanya saja Shayna masih bergantung dengan orang tuanya. Berbeda dengan Alvin yang sudah memiliki pekerjaannya sendiri dan bahkan menghidupi ibu serta adik terkecilnya.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang