Part 29

13.3K 1.3K 20
                                    

Seluruh muda mudi menunggu Shayna dan Alvin yang akan melemparkan buket bunganya. Menanti siapa yang akan mendapatkan buket bunga tersebut.

Buket bunga itu terlempar dari tangan Shayna dan Alvin. "Kyaa!! Shayna, Kejiak dapet!" pekik sebuah suara.

Shayna langsung berbalik badan. Ia melihat sahabatnya Kezia mendapatkan buket bunga yang ia lempar tadi.

"Sorry, ini bunganya lepas satu."

Di tengah euphorianya, Kezia menoleh. Ia melihat salah satu sepupu Shayna memberikan bunga yang terlepas dari buketnya.

"Yee! Joel bisa aja kalo cewek cantik." Seketika keributan itu muncul. Kebanyakan muda-mudi yang menunggu di belakang Shayna memang sepupunya.

"Oh iya, makasih banyak ya." Kezia menerima uluran bunga dari tangan Joel.

Melihat itu Shayna tersenyum geli. Bahkan Kezia kini sibuk menggoyang-goyangkan bunga di tangannya pada Shayna. Menunjukkan jika dirinya yang mendapatkan buket bunga pernikahan sang sahabat.

Acara resepsi itu berakhir hingga tengah malam. Setelah mereka menyelesaikan dansa mereka. Shayna tengah berjalan untuk kembali ke kamarnya.

Malam ini ia akan menginap di hotel tempat ballroom resepsi mereka diselenggarakan. Tentu saja dengan Alvin bersamanya.

Langkah kaki Shayna terhenti. Ia berjongkok untuk melepaskan sepatunya karena semua sudah terasa sangat perih.

"Bisa?" Suara Alvin menyadarkan Shayna.

Shayna menggeleng. Ia kembali berdiri. Berganti dengan Alvin yang kini berjongkok di depan Shayna.

Heels yang digunakan Shayna memiliki tali pengait di pergelangan kakinya sehingga sulit untuk Shayna melepasnya. Saat memasang tadi saja Alvin membantunya.

Gaun ini membuat Shayna tidak bisa bergerak leluasa bahkan untuk berjongkok saja, ia takut jika gaunnya akan sobek jika dipaksakan.

Shayna mengangkat sedikit gaunnya. Membuat kakinya terlihat di depan Alvin. Tanpa banyak bertanya, Alvin melepaskan kedua sepatu yang mengikat  pergelangan kaki Shayna. 

Setelah selesai, ia kembali berjalan sambil menenteng dua heels milik Shayna. Akhirnya mereka sampai di depan ruang bernomor 2405. Alvin membuka pintu kamar dengan kartu di sakunya. 

"Na, ini sepatu lo," ucap Alvin. 

Pria itu tidak menginjakkan kakinya sama sekali di dalam kamar. Ia berdiri di ambang pintu sambil menyerahkan dua heels Shayna yang ditenteng sedari tadi. "Lo mau kemana?" tanya Shayna. 

"Pesen kamar lain di bawah. Gue takut ngeganggu," jawab Alvin. Benar. Alvin sudah memikirkannya. 

Ia akan memesan satu standard room untuk dirinya sendiri beristirahat. Alvin tak berani membayangkan untuk menghabiskan malam ini bersama Shayna di kamar yang sama. 

"Jangan gila. Gue udah keiket gini, lo mau ninggalin gue sendirian terus?" omel Shayna sambil menarik tangan Alvin, membawa pria itu masuk ke dalam kamar. "Tapi lo marah sama gue Na."

"Iya, siapa yang ga marah kalau di posisi gue? Satu hari sebelum nikah liat pasangan gue kasih kejutan atraksi badut konyol sama sepupu gue sendiri," sindir Shayna. 

Alvin menghela nafasnya. Kini ia serba salah. Ternyata menghadapi kemarahan wanita adalah hal yang sulit. Seakan semua yang ia lakukan adalah salah. Bahkan menghilang pun tampak salah. 

"Kalau gue bilang gue ga buat itu? Gue ga sadar? Terus gue cuma sayang lo, apa lo mau percaya?" tanya Alvin lagi pada Shayna. 

Tidak ada jawaban yang ia dapatkan. Shayna hanya berdiri di depan kaca besar dan melepas anting, kalung serta semua aksesoris yang menempel di tubuhnya. 

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang